Selasa, 18 September 2012

Memberdayakan Keluarga Miskin


Memberdayakan Keluarga Miskin
Sugito Suwito ;  Mantan Kepala BPS,
Alumnus Program Doktor Ilmu Pemerintahan Universitas Satyagama Jakarta
SUARA KARYA, 18 September 2012


Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan ketahanan yang cukup baik menyusul krisis di negara-negara Eropa maupun gejolak ekonomi di AS yang tak kunjung berakhir. Di tengah negara-negara lain mengalami pertumbuhan melambat, bahkan ada beberapa negara mengalami pertumbuhan negatif, ekonomi Indonesia justru tetap tumbuh cukup meyakinkan dengan tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) di atas 6 persen. Ini merupakan ketiga tertinggi di antara negara-negara kawasan Asia.

Namun, kondisi yang menggembirakan itu belum sepenuhnya dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, tingkat kesenjangan kesejahteraan antara masyarakat lapis atas dan bawah, kian tajam. Dari berbagai indikator kesenjangan dan sebagian dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa ada tanda-tanda kemakmuran masyarakat lapis atas meningkat relatif pesat, sementara tingkat kesejahteraan masyarakat bawah kurang beranjak. Diperkirakan angka-angka itu mengalami penurunan relatif terhadap pertumbuhan PDB.

Kesulitan masyarakat lapis bawah untuk mengejar angka-angka yang menaik karena tingkat kemiskinan yang masih tinggi. Kemiskinan adalah suatu bentuk ketidakberdayaan, penduduk miskin hingga terhambat untuk menapaki kemajuan, baik karena hambatan kultural maupun struktural dalam masyarakat. Karena, tatanan sosial-ekonomi yang kurang akrab terhadap masyarakat miskin dalam mengakses faktor produksi maupun sarana sosial-ekonomi lainnya.

Masyarakat miskin tidak selalu merupakan kelompok yang homogen, bisa heterogen 
dalam hal kondisi lokal, potensi, pengaruh sosial budaya, dan dukungan pemuka masyarakat yang peduli dan kompeten. Dalam upaya pemberdayaan, pemahaman terhadap heterogenitas ini penting, agar upaya pemberdayaan tidak dilakukan dengan menyamaratakan semua wilayah kemiskinan tanpa memperhatikan variasi yang ada. Ingat, pemberdayaan yang tidak sesuai dengan kearifan dan atau kebutuhan lokal akan sulit berhasil.

Dalam upaya melepaskan keluarga dari kemiskinan, kepedulian pemuka masyarakat yang memiliki kompetensi, sangat menentukan. Mereka bisa meyakinkan keluarga miskin bahwa masih ada harapan masa depan yang lebih baik melalui pengembangan prakarsa, kerja keras sesuai potensi dengan penuh dedikasi, kesabaran dan perhatian yang tinggi. Tidak jarang terjadi bahwa pemberdayaan dilakukan sekedar sebagai pelayanan (service) kepada keluarga miskin.

Agar dicapai hasil yang maksimal, selain pelayanan juga diperlukan perhatian atau care. Dengan bersikap care terhadap keluarga miskin, maka akan terjadi komunikasi serta sambungrasa dengan pemuka masyarakat yang menjadi pemimpin di wilayah bersangkutan. Care adalah a gentle hand from a helper, sesuatu yang cocok dan diperlukan oleh keluarga miskin yang biasanya merasa tidak berdaya.

Dari kondisi miskin menjadi sejahtera diperlukan periode transisi atau sasaran antara, yaitu periode di mana keluarga miskin mengalami proses perubahan melalui upaya pemberdayaan. Salah satunya melalui keanggotaan pos pemberdayaan keluarga (posdaya), forum silaturahmi dan pemberdayaan yang dalam beberapa tahun ini telah dikembangkan sebagai gerakan masyarakat untuk menyegarkan kembali budaya gotong-royong.

Melalui pemberdayaan dalam posdaya, keluarga miskin anggota posdaya diberikan perhatian dan dukungan untuk mengubah cara berpikir dan cara hidup mereka dalam mendorong pengembangan keluarga sejahtera. Melalui proses pembudayaan keluarga miskin yang mulai berubah cara berpikir dan jalan hidupnya, mereka diberikan semangat dan diajak bekerja keras bukan semata untuk mendorong kembali ke jalan hidup yang lama, melainkan agar mampu menapaki kehidupan yang makin mandiri.

Khusus di Kota Bekasi, misalnya, keikutsertaan keluarga mampu untuk bergabung dalam posdaya terus digalakkan. Hal ini untuk meningkatkan kepedulian sosial dan memberikan perhatian dalam meringankan beban penderitaan sesama, khususnya keluarga-keluarga tak mampu termasuk kaum ibu yang aktif dalam berbagai kegiatan forum posdaya.

Di Kota Bekasi, untuk meningkatkan proses pemberdayaan, pemerintah kota membentuk Kantor Pemberdayaan Masyarakat (Kapermas). Kota ini tugas utamanya adalah merencanakan, melaksanakan dan memberi dukungan terhadap kegiatan pemberdayaan keluarga miskin di Kota Bekasi. Kapermas menempatkan posdaya dikembangkan sejak 2008, sebagai salah satu mitra kerjanya.

Sebagai mitra kerja, posdaya di kota Bekasi terus berkembang dengan pesat, sehingga pada awal 2012 menjadi 180 posdaya yang tersebar di 12 kecamatan. Sebagai mitra yang membantu upaya pemberdayaan posdaya diarahkan sebagai forum yang mandiri dalam masyarakat, yang mampu bergulir dengan dukungan yang terbatas dari pemerintah kota atau dari lembaga/dunia usaha swasta.

Dalam Rencana Strategis (Renstra), Kapermas Kota Bekasi mengharapkan agar setiap tahun jumlah posdaya terus meningkat. Khususnya agar bisa ikut membantu pemberdayaan terhadap 1.200 keluarga miskin yang masih tersisa, menjadi keluarga yang lebih sejahtera. Karena itu, direncanakan pada akhir periode Renstra Kapermas Kota Bekasi 2008-2013, jumlah posdaya di Kota Bekasi bisa ditingkatkan menjadi 500 posdaya.

Yang jelas, kegiatan posdaya perlu direncanakan sebaik-baiknya dengan sasaran yang tepat dan didukung kegiatan komunikasi intensif di antara semua anggotanya, baik yang mampu maupun yang tidak mampu. Perlu pula adanya dukungan pelatihan, tata-cara pemberdayaan yang tepat dan efektif agar target mensejahterakan keluarga miskin dapat tercapai.
◄ Newer Post Older Post ►