Selasa, 25 September 2012

Dosa Film ‘Innocence of Muslims’


Dosa Film ‘Innocence of Muslims’
Syafiq Basri Assegaff ;  Konsultan Komunikasi, dan Dosen Komunikasi
di Universitas Paramadina, Jakarta
INILAH.COM, 22 September 2012


Film Innocence of Muslims menuai protes keras warga Muslim di dunia. Film slapstickamatiran -- yang judulnya berarti ‘Kaum Muslim yang Tak Berdosa’ – itu menghina Nabi Muhammad saw, sehingga menyebabkan jatuhnya korban yang tidak sedikit. Di berbagai negara, protes besar-besaran juga ditandai dengan perusakan fasilitas milik Amerika Serikat (AS).

Pembuat film itu tampaknya tidak paham, bahwa bagi masyarakat di Timur, berbeda dengan Barat, urusan berkaitan agama selalu menjadi isu sangat sensitif. Ketika muncul kartun menghina Nabi Muhammad di Denmark tahun 2005, juga muncul protes yang tidak sedikit di berbagai belahan bumi.

Begitu pula, saat Ayatullah Khomeini menjatuhkan hukuman mati terhadap Salman Rushdie, penulis buku Ayat-Ayat Setan (1989), maka Muslimin di dunia pun ikut marah kepada sang penulis. Dan Rushdie – yang merupakan keturunan India yang mukim di Inggris -- pun sempat bersembunyi selama bertahun-tahun, dan hidup dalam ketakutan.

Penghinaan terhadap Islam juga terjadi pada 2010, ketika Pastor Terry Jones dari Florida, AS, mengumumkan rencananya membakar kitab suci Al Quran. Ketika itu, bukan hanya kaum Muslimin yang marah, melainkan juga para tokoh gereja di dunia. Bahkan Vatikan pun mengutuk rencana Jones itu.

Kini nama Pastor Terry Jones muncul lagi. Badan pertahanan AS Pentagon buru-buru meminta Jones menarik dukungannya terhadap film anti-Islam itu. Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Martin Dempsey bicara melalui telepon dengan Jones, dan menunjukkan kekuatirannya, bahwa ketegangan yang muncul akibat film itu akan meningkatkan amok di Mesir dan Libia.

Memang tidak jelas siapa sebenarnya otak di belakang film itu. Kabarnya para aktor dan aktris film yang diproduksi di California pada 2011 itu merasa tertipu oleh pembuat film tersebut. Mereka tidak tahu film itu akan berisi penghinaan kepada Islam dan Nabi Muhammad SAW. Mereka kaget, karena setelah film -- yang awalnya berjudul ‘Dessert Warrior’ dengan sutradara Alan Roberts -- itu selesai, dialog ditukar lewat dubbing, kisahnya bergeser, dan judul film pun berganti.

Pembuat film -- yang kabarnya sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab -- itu kini juga bersembunyi, mirip dengan Salman Rushdie dulu. Tak jelas siapa dia.

Dalam wawancaranya dengan kantor berita AP dan Wall Street Journal, ia mengaku berhasil menghimpun dana hingga US$5 juta untuk memproduksi film picisan itu, yang antara lain diperoleh dari sekitar 100 donor Yahudi, dan beberapa warga Kristen Koptik Mesir yang bermukim di luar negeri.

Kantor berita Inggris, Reuters, melaporkan bahwa gereja Koptik Mesir menerbitkan pernyataan yang mengutuk beberapa orang Kristen Mesir yang hidup di luar negeri -- yang menurutnya telah membiayai “produksi sebuah film yang menghina Nabi Muhammad”.

Koran the Wall Street Journal, sebagaimana dikutip CNN, mengidentifikasi produser film itu adalah Sam Bacile, seorang warga Amerika asal Israel yang punya bisnis real estate. Kepada the Journal Bacile mengatakan bahwa ”Islam itu kanker.”

Begitulah. Untuk orang yang tidak mengerti tentang, atau menyalahpahami, Islam, dan terlanjur punya praduga negatif seperti Bacile dan Terry Jones, Nabi Muhammad dianggap menyeramkan dan hina.

Padahal sejak awal masa kenabiannya pun, Muhammad saw selalu menghargai dan menghormati pemeluk agama lain. Saat dikejar-kejar kaum kafir Mekah, Nabi memerintahkan serombongan sahabatnya, yang dipimpin Jafar bin Abuthalib (sepupu Nabi), mengungsi dan minta perlindungan penguasa Nasrani di negeri Habasyah (Etiopia sekarang). Nabi dan umat Islam juga bergaul dan berdagang dengan kaum Yahudi Madinah.

Penggambaran yang sama sekali tidak akurat dan penuh kebohongan dalam film Bacile itu tentu bermula dari sikap negatif atau kebodohan Bacile dan para pendukung pembuatan film berdurasi dua jam itu.

Maka, kita jadi penasaran, mengapa sebagian orang Koptik Mesir yang ada di luar negeri bersedia bergandeng tangan menghinakan umat Islam. Tidakkah mereka ingat bahwa pada zaman kediktatoran Mubarak, dan jauh sebelum itu, sesungguhnya mereka juga sama-sama tertindas, bersama banyak golongan lain di sana, laki-laki, wanita, Muslimin, Kristen, kaum miskin, aktivis buruh – praktisnya semua orang didhalimi sehingga tidak mendapatkan kebutuhan dasar, hak politis, hak sipil dan hak-hak lainnya?

Kita juga jadi bertanya, tahukah Pastor Terry Jones, Bacile dan para sponsornya bahwa umat Islam juga menghormati Yesus? Tahukah mereka bahwa umat Islam selalu menyebut nama Yesus dengan gelaran alaihi as-salam (a.s.), ‘damai atasnya’– yang maknanya adalah pemuliaan, sebagaimana diberikan kepada keluarga Nabi Muhammad, dan orang-orang suci dalam Islam?

Al Quran secara eksplisit menyebut Yesus, atau ‘Isa’ dalam bahasa Al Quran, sedikitnya 25 kali. Itu artinya lima kali lipat dari penyebutan nama Nabi Muhammad saw. Al Quran juga menggelari Isa a.s. -- yang namanya berasal dari bahasa Ibrani, Esau dan Yeshehua – dengan sebutan-sebutan yang mulia, di antaranya ‘Al-Masih’, ‘Kalimat Allah’, dan ‘Putra Maryam’.

Di dalam Al Quran, Nabi Isa disebut sebagai ‘utusan yang saleh’, dan ‘pembawa Kitab Injil’. Memang masih ada ulasan lain seperti kontroversi penyalibannya, tetapi citra Nabi Isa di mata kaum Muslim adalah sebagai seorang yang mulia, yang ajarannya disempurnakan oleh Nabi Muhammad.

Selain menulis tentang mukjizat Isa as yang bicara ketika dalam buaian, menghidupkan orang mati, dan menyembuhkan orang buta dengan izin Tuhan, Al Quran juga memberi penghormatan yang luar biasa kepada ibunda beliau, Maria (Maryam) yang kudus. Bahkan salah satu di antara 114 surat di dalam Al Quran diberi nama ‘Surat Maryam’.
Kemarahan Muslimin di dunia terhadap film itu mengajarkan kepada semua orang yang bermaksud menghina Islam, bahwa sejak Nabi Muhammad menerima Al Quran 14 abad lalu hingga zaman ini, seluruh lapisan Muslimin sangat yakin akan kebenaran Islam, dan janganlah sekali-sekali mencoba mengusiknya.

Islam adalah agama yang toleran, dan penuh cinta damai, bahkan nama “Islam” itu juga berarti ‘damai’, dan ‘mendamaikan’; tetapi di dalamnya ada perintah untuk membela Al Quran dan sang Nabi yang suci hingga titik darah penghabisan, bila ada yang menghinanya.

Walhasil, peristiwa ini memberi pelajaran agar semua orang hendaknya lebih serius dalam usaha mencari pencerahan jiwa, melakukan perubahan sikap, attitude, keyakinan, tindakan dan kebijakan yang lebih arif dan damai.

Bagi Bacile sendiri, mestinya ia tahu bahwa meski sejuta film semacam itu dibuatnya, hal itu tidak bakal mampu merendahkan status Nabi Muhammad saw di mata Muslimin sebagai makhluk Tuhan terbaik, ataupun menghapus cinta di hati umat Islam kepadanya.
◄ Newer Post Older Post ►