Sail Morotai:
Percepatan Pembangunan Daerah Kepulauan
Maruhum Batubara ; Staf Ahli Menko Kesra Bidang Kreativitas dan Inovasi Teknologi, Wakil Sekjen Persatuan Insinyur Indonesia |
SINDO, 07 September 2012
Banyak masyarakat yang belum mengetahui bahwa ada perhelatan pemerintah berskala internasional berupa serangkaian “pesta bahari”di Indonesia yang telah dilaksanakan beberapa tahun sebelumnya.
Mulanya adalah Sail Bunaken tahun 2009 yang dipusatkan di Manado dan Bitung Sulawesi Utara,lalu Sail Banda 2010 di Ambon Maluku dan Sail Wakatobi-Belitung 2011 di Wakatobi Sulawesi Tenggara dan Belitung Kepulauan Bangka Belitung. Kemudian tahun 2012 ini diselenggarakan Sail Morotai pada bulan Juni–September 2012 di Ternate dan Morotai, Provinsi Maluku Utara.
Puncak acara akan berlangsung di Pelabuhan Daruba Morotai tanggal 14–15 September 2012 yang direncanakan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lewat Sail Morotaiini pemerintah ingin mempercepat pembangunan di Pulau Morotai melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan, pengembangan lokasi wisata, dan berbagai kegiatan, begitu pula sebagai wahana untuk mengenang Perang Dunia (PD) II.
Para veteran perang dari Indonesia, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat berpartisipasi. Tema yang diusung adalah Menuju Era Baru Ekonomi Regional Pasifik.Harapannya, pesta bahari ini sebagai momentum menyiapkan kawasan Maluku agar mampu menyongsong abad ekonomi Pasifik. Dan Pulau Morotai yang disebut sebagai “mutiara di bibir Pasifik” menjadi momentum aktualisasi semangat gerbang Pasifik.Tulisan ini membahas potensi kawasan Morotai dan tindak lanjut pasca-Sail Morotai.
Potensi Mega-Minapolitan
Pulau Morotai (695 mil persegi/ 1.800 km?) adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Halmehara, Kepulauan Maluku, Provinsi Maluku Utara yang diresmikan 29 Oktober 2008. Morotai sangat potensial dalam usaha pengembangan industri maritim, industri kelautan dan perikanan serta wisata bahari. Dari sisi sumber daya kelautan dan perikanan,Morotai memiliki sumber daya ikan yang beragam.
Berdasarkan penelitian dari potensi laut yang ada, terdapat 160 jenis ikan bernilai ekonomis dan 31 jenis ikan komersial dengan jumlah potensi perikanan diperkirakan mencapai 148.473,8 ton per tahun dan jumlah potensi lestari yang dapat dimanfaatkan sebesar 81.660,6 ton per tahun. Untuk sektor budi daya laut, kawasan pesisir dan laut kepulauan Morotai mempunyai kualitas perairan tenang dan sangat memungkinkan untuk pengembangan budi daya laut seperti, rumput laut, mutiara, kerapu, dan lobster.
Ini merupakan potensi sumber daya perikanan yang luar biasa. Untuk mendorong perekonomian daerah, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dilakukan pencanangan Morotai sebagai kawasan Mega Minapolitan dengan upaya sebagai berikut. Pertama, tahun 2009 pemerintah pusat merancang pengembangan mega-minapolitan di Pulau Morotai dengan pertimbangan historis potensi sumber daya kelautan dan pertahanan keamanan.
Kedua, tahun 2010 memfasilitasi penyiapan Rencana Pengelolaan WilayahPesisirdan Pulau-Pulau Kecil (RPW3K) di Morotai yang terdiri atas renstra dan rencana zonasi. Ketiga, di dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) tersebut direkomendasikan sembilan lokasi titik-titik pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya kelautan dan perikanan mulai dari kegiatan hulu hingga hilir serta network-nya baik domestik maupun mancanegara.
Keempat, tahun 2011 memfasilitasi penyusunan rencana zonasi rinci (RZR) salah satu kawasan prioritas pengembangan industrialisasi perikanan tangkap, yaitu di kawasan Bere-Bere technopark industry. Pada RZR ini direkomendasikan zona-zona untuk investasi kegiatan pelabuhan per-ikanan, industri pengolahan, perkantoran dan pergudangan, wisata bahari, pemukiman,dan konservasi serta jasa-jasa pendukungnya. Kelima,tahun 2012 diupayakan alokasi dana untuk memfasilitasi proses legalisasi RZ dan RZR dimaksud sebagai persyaratan dalam pelaksanaan pembangunan di Morotai.
Tindak Lanjut
Bagaimanapun,upaya mempercepat pembangunan perekonomian wilayah di daerah tertinggal adalah melalui perumusan kebijakan pengembangan kawasan secara holistik berbasis pengembangan komoditas unggulan daerah atau berbasis kluster (cluster based). Caranya, melalui kerja sama antardaerah tertinggal, dan antara daerah tertinggal dengan kawasan strategis guna meningkatkan kapasitas pelayanan publik dan mengembangkan kapasitas ekonomi di lokasi prioritas secara lebih efisien.
Kesenjangan antarwilayah dan ketertinggalan suatu daerah masih menjadi isu strategis yang harus diatasi selaras dengan tujuan pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2010–2014. Dengan demikian, ada lima usulan tindak lanjut yang akan didorong pasca Sail Morotai. Pertama, melakukan kerja sama pemerintah dengan swasta dalam penanganan dan pembangunan pembangkit listrik untuk menunjang pengembangan kawasan megaminapolitan Morotai (5 MW).
Kedua, pembangunan ringroad Pulau Morotai, jalan, jembatan, akomodasi untuk menunjang kegiatan perikanan dan pariwisata. Ketiga, rehabilitasi pelabuhan udara termasuk perpanjangan runway Bandara Morotai. Keempat, pengembangan jasa kelautan meliputi pengembangan armada dan pelabuhan serta wisata bahari yang mampu memberikan sumbangan bagi upaya pengelolaan sumber daya kelautan yang ramah lingkungan.
Kelima, meningkatkan riset pengembangan teknologi kelautan dan penerapannya untuk mendukung pembangunan kelautan dan kawasan mega-minapolitan Karena itu,sinergi pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Pemerintah Kabupaten Morotai dan Ternate direkat untuk mencari alternatif dan insentif yang mendorong ke arah penciptaan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan dalam pengelolaan kawasan megaminapolitan untuk kesejahteraan rakyat pada lokasi prioritas.
Hal itu senada dinyatakan oleh mahaguru ekonomi pembangunan dari Univ of Tokyo, Ohkawa dan Otsuka dalam buku Growth Mechanism of Developing Economies, 1993, bahwa negara yang tumbuh mengikuti kurva pertumbuhan Kuznet adalah negara yang mampu meningkatkan daya serap inovasinya. ●
Puncak acara akan berlangsung di Pelabuhan Daruba Morotai tanggal 14–15 September 2012 yang direncanakan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Lewat Sail Morotaiini pemerintah ingin mempercepat pembangunan di Pulau Morotai melalui pembangunan dan perbaikan infrastruktur jalan, pengembangan lokasi wisata, dan berbagai kegiatan, begitu pula sebagai wahana untuk mengenang Perang Dunia (PD) II.
Para veteran perang dari Indonesia, Australia, Jepang, dan Amerika Serikat berpartisipasi. Tema yang diusung adalah Menuju Era Baru Ekonomi Regional Pasifik.Harapannya, pesta bahari ini sebagai momentum menyiapkan kawasan Maluku agar mampu menyongsong abad ekonomi Pasifik. Dan Pulau Morotai yang disebut sebagai “mutiara di bibir Pasifik” menjadi momentum aktualisasi semangat gerbang Pasifik.Tulisan ini membahas potensi kawasan Morotai dan tindak lanjut pasca-Sail Morotai.
Potensi Mega-Minapolitan
Pulau Morotai (695 mil persegi/ 1.800 km?) adalah sebuah pulau yang terletak di Kepulauan Halmehara, Kepulauan Maluku, Provinsi Maluku Utara yang diresmikan 29 Oktober 2008. Morotai sangat potensial dalam usaha pengembangan industri maritim, industri kelautan dan perikanan serta wisata bahari. Dari sisi sumber daya kelautan dan perikanan,Morotai memiliki sumber daya ikan yang beragam.
Berdasarkan penelitian dari potensi laut yang ada, terdapat 160 jenis ikan bernilai ekonomis dan 31 jenis ikan komersial dengan jumlah potensi perikanan diperkirakan mencapai 148.473,8 ton per tahun dan jumlah potensi lestari yang dapat dimanfaatkan sebesar 81.660,6 ton per tahun. Untuk sektor budi daya laut, kawasan pesisir dan laut kepulauan Morotai mempunyai kualitas perairan tenang dan sangat memungkinkan untuk pengembangan budi daya laut seperti, rumput laut, mutiara, kerapu, dan lobster.
Ini merupakan potensi sumber daya perikanan yang luar biasa. Untuk mendorong perekonomian daerah, utamanya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, dilakukan pencanangan Morotai sebagai kawasan Mega Minapolitan dengan upaya sebagai berikut. Pertama, tahun 2009 pemerintah pusat merancang pengembangan mega-minapolitan di Pulau Morotai dengan pertimbangan historis potensi sumber daya kelautan dan pertahanan keamanan.
Kedua, tahun 2010 memfasilitasi penyiapan Rencana Pengelolaan WilayahPesisirdan Pulau-Pulau Kecil (RPW3K) di Morotai yang terdiri atas renstra dan rencana zonasi. Ketiga, di dalam Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) tersebut direkomendasikan sembilan lokasi titik-titik pusat pertumbuhan ekonomi berbasis sumber daya kelautan dan perikanan mulai dari kegiatan hulu hingga hilir serta network-nya baik domestik maupun mancanegara.
Keempat, tahun 2011 memfasilitasi penyusunan rencana zonasi rinci (RZR) salah satu kawasan prioritas pengembangan industrialisasi perikanan tangkap, yaitu di kawasan Bere-Bere technopark industry. Pada RZR ini direkomendasikan zona-zona untuk investasi kegiatan pelabuhan per-ikanan, industri pengolahan, perkantoran dan pergudangan, wisata bahari, pemukiman,dan konservasi serta jasa-jasa pendukungnya. Kelima,tahun 2012 diupayakan alokasi dana untuk memfasilitasi proses legalisasi RZ dan RZR dimaksud sebagai persyaratan dalam pelaksanaan pembangunan di Morotai.
Tindak Lanjut
Bagaimanapun,upaya mempercepat pembangunan perekonomian wilayah di daerah tertinggal adalah melalui perumusan kebijakan pengembangan kawasan secara holistik berbasis pengembangan komoditas unggulan daerah atau berbasis kluster (cluster based). Caranya, melalui kerja sama antardaerah tertinggal, dan antara daerah tertinggal dengan kawasan strategis guna meningkatkan kapasitas pelayanan publik dan mengembangkan kapasitas ekonomi di lokasi prioritas secara lebih efisien.
Kesenjangan antarwilayah dan ketertinggalan suatu daerah masih menjadi isu strategis yang harus diatasi selaras dengan tujuan pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2010–2014. Dengan demikian, ada lima usulan tindak lanjut yang akan didorong pasca Sail Morotai. Pertama, melakukan kerja sama pemerintah dengan swasta dalam penanganan dan pembangunan pembangkit listrik untuk menunjang pengembangan kawasan megaminapolitan Morotai (5 MW).
Kedua, pembangunan ringroad Pulau Morotai, jalan, jembatan, akomodasi untuk menunjang kegiatan perikanan dan pariwisata. Ketiga, rehabilitasi pelabuhan udara termasuk perpanjangan runway Bandara Morotai. Keempat, pengembangan jasa kelautan meliputi pengembangan armada dan pelabuhan serta wisata bahari yang mampu memberikan sumbangan bagi upaya pengelolaan sumber daya kelautan yang ramah lingkungan.
Kelima, meningkatkan riset pengembangan teknologi kelautan dan penerapannya untuk mendukung pembangunan kelautan dan kawasan mega-minapolitan Karena itu,sinergi pemerintah pusat dengan Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Pemerintah Kabupaten Morotai dan Ternate direkat untuk mencari alternatif dan insentif yang mendorong ke arah penciptaan inovasi teknologi dan inovasi kelembagaan dalam pengelolaan kawasan megaminapolitan untuk kesejahteraan rakyat pada lokasi prioritas.
Hal itu senada dinyatakan oleh mahaguru ekonomi pembangunan dari Univ of Tokyo, Ohkawa dan Otsuka dalam buku Growth Mechanism of Developing Economies, 1993, bahwa negara yang tumbuh mengikuti kurva pertumbuhan Kuznet adalah negara yang mampu meningkatkan daya serap inovasinya. ●