Spiritual Happiness
Komaruddin Hidayat ; Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah |
SINDO, 07 September 2012
Meneruskan pembahasan sebelumnya tentang tangga kebahagiaan, tingkat kebahagiaan tertinggi adalah spiritual happiness mengingat daya dan sumber kehidupan yang paling esensial dalam diri manusia bersifat rohani atau nurani.
Rohani artinya bersifat roh, nurani artinya bersifat nur atau cahaya, yaitu roh dan cahaya Ilahi yang bekerja dalam diri manusia untuk membimbing agar jiwa nabati, hewani, dan insani senantiasa meningkat dan terarah untuk mendukung kehidupan manusia mendekati dan mencintai Tuhan, sumber Cahaya kebenaran. Seseorang akan meraih kebahagiaan tertinggi ketika jiwa robbani yang tertinggi berhasil mengemban tugasnya dengan baik mengendalikan nafsu, pikiran, dan tindakan seseorang untuk senantiasa merasakan kedekatan dan disayang Tuhan.
Untuk bisa dekat dengan Tuhan yang Suci, seseorang haruslah berusaha menjaga kesucian dirinya. Agar disayang Tuhan, seseorang hendaknya senang berbagi kasih sayang kepada hamba-hamba Tuhan. Jadi, kebahagiaan spiritual diraih melalui perjuangan rohani untuk selalu menjaga fitrah kerohaniannya untuk memimpin jiwa insani,hewani, dan nabati sehingga melahirkan tindakan dan karya-karya kemanusiaan sebagai partisipasi dan realisasi asma Allah yang Rahman dan Rahim.
Kebahagiaan spiritual memiliki banyak pintu,tetapi nilainya paling tinggi. Dengan kapasitas intelektualnya seseorang bisa saja memperbanyak karya kemanusiaan sebagai rasa syukur kepada Tuhan. Dengan kecerdasannya yang dibimbing oleh jiwa robbani seseorang akan lebih mampu memahami dan menghayati kebesaran Tuhan sehingga ketika sujud akan lebih khusyuk.
Kesadaran spiritual, dengan bantuan jiwa nabati,hewani,dan insani,akan sanggup menatap keindahan, kehebatan, keunikan semesta yang akan mendatangkan rasa damai, kagum, optimistis, bersyukur, merenung yang membuat hati lega dan bahagia. Semua yang terbentang ini merupakan ayat-ayat Tuhan,sejak dari lembaran kitab suci, hamparan semesta sampai seluruh penghuninya yang sanggup membuat kesadaran rohani bertasbih menyucikan Tuhan.
Salah satu bentuk ekspresi dari spiritual happiness adalah bersujud dan menyebarkan salam bagi semua makhluk Tuhan sebagaimana secara karikatural dibahasakan dalam adegan salat bagi seorang muslim. Dimulai dengan takbir, mengangkat tangan sambil mengucap Allahu Akbar, lalu ketika sujud merendahkan kepala dan wajah dengan mencium tanah, dan diakhiri dengan menyebar salam ke kanan dan ke kiri.
Namun sesungguhnya adegan salat itu mestinya juga menjadi sikap hidup di mana pun seseorang berada jika ingin meraih spiritual happiness, yaitu hati selalu tertuju kepada Tuhan, pikiran senantiasa mampu membaca ayat-ayat Tuhan, dan ke mana pun pergi selalu menyebar vibrasi salam. Oleh karenanya, spiritual happiness merupakan perkembangan dan buah lanjut dari intellectual happiness, aesthetical happiness, dan moral happinesssebagaimana sudah dibahas sebelumnya.
Rohani dan nurani akan merasa lega dan bahagia jika orientasi hidup seseorang lebih menyenangi untuk memberi, bukannya mengambil dan menerima. Spiritual happiness akan mudah ditemukan pada pribadi-pribadi altruistik, yaitu mereka yang selalu mensyukuri hidupnya dengan cara berbagi kebahagiaan pada orang lain.
Dalam memberi sesungguhnya seseorang akan menerima. Bukankah seseorang dikatakan berilmu hanya ketika dia mau berbagi ilmunya kepada orang lain? Bukankah dikatakan dermawan dan baik hati hanya jika seseorang senang menolong orang lain? Dalam tindakan memberi dan melayani itulah nilai dan predikat kebajikan dan amal saleh baru akan muncul.
Ketika semua itu dilakukan dengan tulus, tanpa paksaan dan terbebas dari keinginan untuk pamer, di situlah spiritual happiness akan muncul dan dirasakan. Dengan penjelasan singkat di atas, meski seseorang usianya semakin lanjut,di saat fisik dan otaknya semakin menurun, sesungguhnya seseorang akan tetap bisa mendapatkan kebahagiaan hidup dalam bentuk dan kualitas lain, yang justru lebih tinggi.
Orang yang beriman yakin bahwa iman dan amal saleh itulah yang akan menjadi sayap dan penunjuk jalan melanjutkan episode kehidupan barunya nanti yang diyakini lebih indah, damai, dan berkualitas. Karena hidup adalah sebuah perjuangan dan proses metamorfosis meraih derajat yang lebih tinggi, kita mesti selalu optimistis dan tidak boleh terkecoh di jalanan agar tidak kehilangan horizon serta peta hidup yang terbentang di depan. ●
Untuk bisa dekat dengan Tuhan yang Suci, seseorang haruslah berusaha menjaga kesucian dirinya. Agar disayang Tuhan, seseorang hendaknya senang berbagi kasih sayang kepada hamba-hamba Tuhan. Jadi, kebahagiaan spiritual diraih melalui perjuangan rohani untuk selalu menjaga fitrah kerohaniannya untuk memimpin jiwa insani,hewani, dan nabati sehingga melahirkan tindakan dan karya-karya kemanusiaan sebagai partisipasi dan realisasi asma Allah yang Rahman dan Rahim.
Kebahagiaan spiritual memiliki banyak pintu,tetapi nilainya paling tinggi. Dengan kapasitas intelektualnya seseorang bisa saja memperbanyak karya kemanusiaan sebagai rasa syukur kepada Tuhan. Dengan kecerdasannya yang dibimbing oleh jiwa robbani seseorang akan lebih mampu memahami dan menghayati kebesaran Tuhan sehingga ketika sujud akan lebih khusyuk.
Kesadaran spiritual, dengan bantuan jiwa nabati,hewani,dan insani,akan sanggup menatap keindahan, kehebatan, keunikan semesta yang akan mendatangkan rasa damai, kagum, optimistis, bersyukur, merenung yang membuat hati lega dan bahagia. Semua yang terbentang ini merupakan ayat-ayat Tuhan,sejak dari lembaran kitab suci, hamparan semesta sampai seluruh penghuninya yang sanggup membuat kesadaran rohani bertasbih menyucikan Tuhan.
Salah satu bentuk ekspresi dari spiritual happiness adalah bersujud dan menyebarkan salam bagi semua makhluk Tuhan sebagaimana secara karikatural dibahasakan dalam adegan salat bagi seorang muslim. Dimulai dengan takbir, mengangkat tangan sambil mengucap Allahu Akbar, lalu ketika sujud merendahkan kepala dan wajah dengan mencium tanah, dan diakhiri dengan menyebar salam ke kanan dan ke kiri.
Namun sesungguhnya adegan salat itu mestinya juga menjadi sikap hidup di mana pun seseorang berada jika ingin meraih spiritual happiness, yaitu hati selalu tertuju kepada Tuhan, pikiran senantiasa mampu membaca ayat-ayat Tuhan, dan ke mana pun pergi selalu menyebar vibrasi salam. Oleh karenanya, spiritual happiness merupakan perkembangan dan buah lanjut dari intellectual happiness, aesthetical happiness, dan moral happinesssebagaimana sudah dibahas sebelumnya.
Rohani dan nurani akan merasa lega dan bahagia jika orientasi hidup seseorang lebih menyenangi untuk memberi, bukannya mengambil dan menerima. Spiritual happiness akan mudah ditemukan pada pribadi-pribadi altruistik, yaitu mereka yang selalu mensyukuri hidupnya dengan cara berbagi kebahagiaan pada orang lain.
Dalam memberi sesungguhnya seseorang akan menerima. Bukankah seseorang dikatakan berilmu hanya ketika dia mau berbagi ilmunya kepada orang lain? Bukankah dikatakan dermawan dan baik hati hanya jika seseorang senang menolong orang lain? Dalam tindakan memberi dan melayani itulah nilai dan predikat kebajikan dan amal saleh baru akan muncul.
Ketika semua itu dilakukan dengan tulus, tanpa paksaan dan terbebas dari keinginan untuk pamer, di situlah spiritual happiness akan muncul dan dirasakan. Dengan penjelasan singkat di atas, meski seseorang usianya semakin lanjut,di saat fisik dan otaknya semakin menurun, sesungguhnya seseorang akan tetap bisa mendapatkan kebahagiaan hidup dalam bentuk dan kualitas lain, yang justru lebih tinggi.
Orang yang beriman yakin bahwa iman dan amal saleh itulah yang akan menjadi sayap dan penunjuk jalan melanjutkan episode kehidupan barunya nanti yang diyakini lebih indah, damai, dan berkualitas. Karena hidup adalah sebuah perjuangan dan proses metamorfosis meraih derajat yang lebih tinggi, kita mesti selalu optimistis dan tidak boleh terkecoh di jalanan agar tidak kehilangan horizon serta peta hidup yang terbentang di depan. ●