Rabu, 12 September 2012

Sapi Perah Subsidi BBM


Sapi Perah Subsidi BBM
Arfanda Siregar ;  Dosen Manajemen Industri Politeknik Negeri Medan
REPUBLIKA, 11 September 2012


Indonesia hanya tinggal menunggu waktu masuk ke dalam krisis minyak bumi. Stok BBM subsidi yang ditetapkan 40 juta kiloliter (kl) dalam APBN Perubahan 2012 diperkirakan saat ini hanya tersisa 10 juta kl saja.

Jika tidak diantisipasi secara tepat maka total realisasi subsidi energi hingga akhir tahun mencapai 151,2 persen dari anggaran yang ditetapkan Rp 202,4 triliun atau bobol hingga Rp 305,9 triliun, dengan realisasi semester I-2012 sebesar Rp 124,4 triliun dan perkiraan realisasi semester II-2012 mencapai Rp 181,5 triliun telah menggerogoti ketahanan fiskal dan moneter Indonesia. Emas hitam telah membuat APBN defisit dan inflasi yang akhirnya membuat rakyat kian sekarat.

Namun, di tengah ancaman krisis BBM, berbagai polah memalukan yang tak peduli problem besar rakyat sekitar terus terjadi, tak berhenti. Oknum-oknum yang tak bernurani tetap melakukan bisnis ilegal BBM. Berita penyelundupan minyak masih kerap terdengar. Disparitas harga dengan negara asing yang kelewat tinggi menjadi alasan utama budak kriminal tetap melanggengkan bisnis haram tersebut.
Dari bawah laut dibangun pipa-pipa yang menghubungkan pulau terluar, seperti Pulau Nipah dengan Singapura. Bahkan, di Kalimantan Timur pernah tertangkap basah penyelundupan minyak mentah melalui pipa di bawah laut langsung ke tanker di lepas pantai. Begitu juga di Selat Malaka, Laut Timor, dan perbatasan lainnya, penyelundupan BBM tak pernah berhenti.
Transaksi ilegal tersebut bukan tidak diketahui aparat keamanan. Bulan September ini saja, penulis mencatat Satuan Tugas Pengaman Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Timor Leste berhasil menggagalkan 17.890 liter BBM ke Timor Leste, di dua tempat berbeda di Kabupaten Belu, NTT. Pada September juga di Batam, Direktorat Polair Kepolisian Daerah Kepri mendapati 1.200 liter BBM bersubsidi yang siap dijual ke perairan internasional.
Jika, aparat keamanan berani dan berkerja keras, tentu ada ribuan transaksi ilegal lagi yang terjadi di luar dari data yang penulis dapat. Memang, jika sudah menyangkut masalah uang, orang bisa berubah menjadi srigala. Pelakunya bukan sekadar mereka yang berprofesi sebagai maling.
Bukan Tanpa Komitmen
Di satu sisi, ada penelitian yang mengatakan cadangan minyak di perut bumi Indonesia hanya 1,3 persen dari cadangan minyak bumi dunia. Sementara
di sisi lain, ada juga yang mengatakan cadangan minyak Indonesia di perut
bumi masih cukup besar. Artinya, potensi minyak bumi Indonesia masih sangat besar dan merupakan tabungan masa depan.

Terlepas dari dua kontroversi itu, yang jelas tahun ini negara terpaksa menambal subsidi BBM hingga mencapai Rp 300 triliun. Dana sebesar itu ditujukan untuk masyarakat pengguna kendaraan bermotor yang sesungguhnya sebagian besar bukan orang melarat. Logikanya mudah saja, di negeri ini orang miskin ke mana-mana berjalan kaki. Jangankan kenderaan bermotor, membeli makanan
saja sudah Senin-Kamis.

Dana Rp 300 triliun menguap begitu saja, tak tepat sasaran. Sebagian dilahap
para pengguna kendaraan bermotor sehingga membuat kemacetan di mana-mana. Dan sebagian lagi dikuras oleh para penyelundup dan penimbun BBM. Selama pemerintah masih mem pertahankan subsidi BBM maka sama halnya dengan memelihara para budak kriminal yang selalu mengisap darah rakyat.

Yang dibutuhkan rakyat miskin bukan harga BBM murah. Rakyat miskin tak terlalu banyak menggunakan BBM karena mereka tak memiliki kenderaan bermotor. Dan kalaupun memiliki digunakan sebagai alat produktivitas, seperti berdagang dan ojek.
Rakyat miskin lebih membutuhkan jaminan keberadaan kebutuhan dasar bagi kelangsungan kehidupan mereka. Ini berarti, pemerintah perlu membuat kebijakan lain yang tidak mendistorsi harga relatif BBM, namun di saat lain tidak mengurangi pendapatan riil kaum miskin. Tak salah pemerintah menaikkan harga BBM, namun harus ada upaya riil agar berbagai kebutuhan dasar masyarakat tersedia dan terjangkau masyarakat.
Subsidi tidak dihapuskan, namun diarahkan kepada subsidi yang dapat menjamin ketersediaan bahan dasar kepada masyarakat miskin. Kalau masyarakat miskin tidak mampu membeli ma kanan pokok, seperti beras, subsidi diberikan kepada petani dalam bentuk subsidi pupuk, bibit, dan alat mesin pertanian (alsintan) sehingga harga beras terjangkau. Kalau persoalan masyarakat adalah mendapatkan biaya kesehatan murah maka subsidi diarahkan pada pemberian asuransi kesehatan yang menjamin biaya berobat dan persalinan bagi orang miskin.
Sesungguhnya penghapusan subsidi BBM bukan saja jalan terbaik melepaskan guncangan APBN setiap kali harga minyak dunia terguncang. Yang terpenting adalah supaya subsidi yang diberikan tepat sasaran. Bukan sekadar menyenangkan rakyat mampu, apalagi menjadi sapi perah para preman durjana.
Menghapus subsidi BBM merupakan jalan tanpa kekerasan memberantas preman yang kerap menghisap darah rakyat negeri ini.
◄ Newer Post Older Post ►