Sabtu, 15 September 2012

Mencegah Terorisme Tanpa Kekerasan


Mencegah Terorisme Tanpa Kekerasan
Ansyaad Mbai ;  Kepala Badan Nasional Penaggulangan Teroris (BNPT)
SUARA KARYA, 15 September 2012


Teror teroris siap meledak kapan saja. Sel teroris menyusup melalui berbagai media, termasuk jejaring sosial dan media online Ar-Rahma yang dikelola oleh anak Abu Bakar Baasyir. Propaganda faham teroris mendompleng keyakinan agama, tapi menebar kebencian dan permusuhan kepada dunia barat maupun non-Muslim. Kalangan remaja yang masih labil, biasanya menjadi mangsa. Cuci otak sambil menyusupi doktrin radikalisme, itu mengawali munculnya embrio hingga terbentuknya sel baru jaringan teroris.

Badan Nasional Penaggulangan Teroris (BNPT) sendiri kewalahan, tanpa menafikan anggaran dan kuantitas sumber daya manusia (SDM) masih sangat terbatas. Salah satu cara untuk mengeleminir regenerasi teroris, adalah mengikuti irama terorisme itu sendiri. Seperti apa? Berikut diungkapkan Kepala BNPT Ansyaad Mbai kepada wartawanSuara Karya Feber Sianturi, di Jakarta, Kamis (13/9).

Bisa diungkapkan wilayah penyebaran teroris?

Penyebarannya sangat luas. Ada di Medan, Poso, Ambon, Maluku, Sulawesi Selatan dan sudah menyentuh kota-kota di Indonesia. Itu artinya, tak ada lagi provinsi di Tanah Air yang belum tersusupi jaringan radikal. Bahkan, Solo sudah menjadi markas besarnya teroris untuk Indonesia.

Bagaimana spesifikasi regenerasi teroris?

Mereka di doktrin bekerja sendiri berdasarkan bekal pemahaman doktrin radikal yang mereka terima dari jaringan teroris sebelumnya. Sistem perekrutan dan pengembangan jaringannya terputus. Individu teroris yang baru membentuk sel baru pula untuk dikembangkan di wilayah lain. Penyusupannya dengan berbagai cara. Karena itu, aparat keamanan sendiri terkecoh ketika muncul pengantin (pelaku bom bunuh diri) yang sama sekali tak ada dicatatan deteksi teroris aparat keamanan. Ini pekerjaan rumah kita bersama.

Adakah referensi untuk mewaspadai gerak-gerik teroris?

Biasanya mereka ini mendompleng pemahaman agama. Mereka bisa menyebarkan ajaran melalui khutbah, namun sesekali menyusupkan rasa kebencian dan permusuhan melalui khutbah itu.

BNPT punya formulasi memberantas terorisme?

Belum tentu ada nomor yang cocok untuk melawan tindakan teroris. Tapi kita harus memformulasikan dengan referensi. Selain itu, BNPT sedang meningkatkan kualitas SDM serta menyamakan pemahaman tentang melawan teroris. Ada dua hal. Pertama, pencegahan, yang secara substansi tidak tepat lagi saat ini jika menilik regenerasi teroris yang sangat cepat di Tanah Air.

Kedua, tindakan dan pembinaan. Ibarat, penyakit teroris seperti kanker ganas yang harus diangkat. Teroris ditangkapi lalu dibina agar paham dan pemikiran radikal dikembalikan pada hakikat ajaran agama yang benar. Dua cara ini akan diangkat blue print kontra radikal.

Pencegahan di lapangan, seperti apa?

Pemerintah merangkul para ulama dan organisasi masyarakat keagamaan untuk menjadi pasukan terdepan untuk menetralisir pemahanan ideologi teroris yang berhasil ditangkap. Ibarat mengikuti irama yang sedang dimainkan para teroris. BNPT melalui ulama ataupun orang yang sangat faham tentang hakekat ajaran agama melakukan counterdi tempat-tempat para teroris biasa menyebarkan faham radikal, menggunakan bahasa-bahasa keagamaan di masjid, kampus, pesantren, jejaring sosial ataupun jaringan online, seperti bloggain. Misalnya, blogger Ar-Rahma yang dikelola langsung oleh anak Ustad Abu Bakar Baasyir.

Kenapa tak melibatkan tentara?

Kita sempat mau melakukan itu. Namun, banyak protes dari luar negeri. Penggunaan tentara rentan terhadap pelanggaran HAM.

Bagaimana usulan elaborasi TNI-Polri?

Mengelaborasi ketentuan ini yang belum ada titik temu. Penggunaan senjata api oleh Polisi tetap harus sesuai dengan hukum. Sedangkan bagi TNI penggunaan senjata api atas perintah komandan. Resistensi terjadinya pelanggaran HAM sangat tinggi. Jangan sampai terjadi salah tembak ternyata bukan tersangka teroris. Apalagi di Indonesia sangat banyak pengamat yang berbicara kritis dan vokal tanpa didasari fakta, seakan banyak tahu yang dikonsep berdasarkan dramatisir pemikiran. Pengamat asal ngomong tapi kosong fakta.

Artinya, mencegah dan memberantas terorisme tanpa gunakan senjata?

Radikalisme sering diklaim teroris sebagai ajaran agama. Itu penafsiran keliru yang harus diluruskan. Tak ada satupun agama yang mengajarkan kebencian dan permusuhan. Karena itu, untuk mengembalikan hakekat pemahaman agama, maka perlu ada orang melakukan counterterhadap propaganda-propaganda teroris yang mengatasnamakan ajaran agama.

Posisi dan tanggung jawab BNPT sendiri, seperti apa?

Dalam konteks strategis ini, ke depan pemerintah hanya sebagai fasilitator. Misi pemerintah justru ingin mengembalikan agama dalam koridor sakral dan suci. Paling penting, pemahaman agama harus diluruskan. Pemerintah berperang untuk menangkal faham kebencian dan permusuhan yang telah disebarkan teroris. Intinya kita harus melawan paham kebencian dan permusuhan. Di sinilah kita harus bertempur.

BNPT dikabarkan akan membuat program sertifikasi ulama. Apakah benar?

Tidak mungkin BNPT melakukan itu karena itu bukan ororitas kami. Bahkan, saya sudah tantang orang-orang yang curiga untuk melihat program yang telah disusun BNPT. Informasi yang dikembangkan media itu dipelintir. Itu berawal dari sebuah pertanyaan wartawan tentang contoh negara mana yang melakukan deradikalisasi.

Bagaimana kesiapan BNPT untuk mengimbangi propaganda teroris itu?

Kita sudah designprogram Tahun 2013, tentang memfasilitas ulama dan ormas keagamaan. Kami sudah mengajukan program dan anggaran untuk didukung. Komisi III DPR dan Bappenas sudah setuju dan akan mengajukan kepada Badan Anggaran.

Mengapa aksi menunggu 2013?

Sekarang action sudah berjalan tapi belum maksimal. Itu harus dilakukan secara masif. Jika menilik kondisi sekarang ini maka tidak bisa lagi menunggu tahun depan. Kita berharap itu bisa disetujui, kita boleh actiondi empat tempat penyebaran radikalisme.

Counter harus dilakukan secara masif melawan radikalisme. Jika dilakukan sekarang, materi propaganda apa yang akan dijual pemerintah/BNPT?

Menggunakan materi yang mereka gunakan. Misalnya, penyebaran jihad perang atau permusuhan dan kebencian dengan menyebutkan pemerintah kafir, maka harus diluruskan itu bukan kafir dengan diimbangi dasar pembentukan dan tujuan pembangunan yang akan dilakukan pemerintah.

Apakah BNPT berjalan sendiri untuk melawan propaganda terorisme?

Persoalan teroris sangat kompleks. Harus didukung menggunakan seluruh instansi pemerintah. Tak bisa berjalan sendiri-sendiri dan bergerak atas pemahaman sendiri pula. Penyebaran ajaran radikal sudah sangat menyebar dan mengakar. Ada keangkuhan teroris mengklaim sebagai orang paling benar dan utusan Tuhan.

Mengapa teroris bisa mengklaim seperti itu?

Faktor kurang mendapatkan pendidikan dan sosialisasi pemahaman Pancasila dan agama. Sejarah pemahaman agama telah disalahartikan. Karena itu, pemerintah sendiri perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk lebih mengencangkan pendidikan yang didasari moral Pancasila dan agama.

Pendidikan bisa mengambil perbandingan dari negara lain, tanpa harus copy paste. Misalnya, Turki menerapkan pendidikan seimbang antara keagamaan dan nonagama, tak ada sekolah yang hanya mengajarkan agama di sana. Kalau di Malaysia sama dengan Singapura diimbangi penegakan hukum yang sangat tegas. Brunei seragam khotbah Jumat diatur pejabat tertentu. Kita mau yang mana. Di Arab Saudi Arabi ustadz digaji kerajaan.

◄ Newer Post Older Post ►