Rabu, 19 September 2012

Diplomasi Militer ke Irak


Diplomasi Militer ke Irak
Suryopratomo ;  Wartawan Utama
SINDO, 19 September 2012

Ada yang menarik mengikuti kunjungan Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin ke Irak pertengahan Agustus lalu. 

Meski hanya berlangsung 30 jam, kunjungan itu memiliki nilai diplomasi yang kuat dan membuka peluang emas bagi Indonesia untuk bisa memetik manfaat. Mengapa kunjungan diplomasi itu dikatakan berhasil? Karena ada dua manfaat yang bisa dipetik sekaligus, pertama dari kepentingan kerja sama militer Indonesia dan Irak serta kedua dari kepentingan kerja sama ekonomi bagi kedua negara. Penerimaan oleh Perdana Menteri Irak Nouri Al-Maliki menunjukkan bahwa Irak menempatkan Indonesia dalam posisi yang terhormat.

Kebetulan PM Maliki merangkap jabatan sebagai Panglima Tertinggi Irak sehingga dialog yang terjadi mencakup dua isu sekaligus yakni bagaimana meningkatkan kerja sama pertahanan, khususnya dalam pengadaan peralatan militer dan membangun komite ekonomi bersama dua negara. Sebagai negeri yang sedang berbenah diri setelah menjalani perang dan pendudukan tentara sekutu, Irak baru sampai pada taraf konsolidasi politik. Pembagian kekuasaan di antara tiga kelompok besar yaitu Shiah, Sunni,dan Kurdi setidaknya bisa mengurangi kecurigaan di antara kelompok masyarakat.

Presiden Irak Jalal Talabani merupakan representasi kelompok Kurdi yang kuat di bagian utara.Sementara PM Maliki merupakan representasi kelompok Shiah,yang merupakan kelompok terbesar di Irak. Kelompok Sunni diwakili keberadaannya oleh Ketua Parlemen Irak,Usama Al-Nujayfi. Memang tidak bisa dimungkiri bahwa kelompok loyalis Saddam Hussain belum bisa menerima kenyataan, mereka harus kehilangan kekuasaan.

Dalam masa 24 tahun kekuasaannya, Saddam telah membangun kelompok kekuatan yang tidak kecil. Kuatnya dominasi Amerika Serikat yang hadir sejak serangan militer sekutu pada 2003 membuat kelompok Saddam masih mendapat peluang. Gaya Amerika yang arogan menimbulkan rasa sakit hati bagi rakyat Irak. Untuk itulah, pemerintahan Nouri Al-Maliki membutuhkan kehadiran negara-negara lain yang mampu mengurangi dominasi AS. Sejauh ini negara-negara Asia Timur seperti China,Jepang,dan Korea Selatan agresif memanfaatkan peluang yang ada di bidang perdagangan dan investasi.

Inginkan Indonesia

Irak sangat sekali mengharapkan Indonesia untuk ikut berperan dalam pembangunan kembali Irak. Itu bisa terbaca dari pernyataan yang disampaikan PM Maliki dan Wakil PM bidang Energi Hussain Al-Shahristani saat menerima wamenhan. PM Maliki menyebutkan perlu ada komite ekonomi bersama yang aktif untuk menindaklanjuti kesepakatan yang dibuat. PM Irak berharap agar kerja sama tidak hanya berhenti pada sekadar penandatanganan memorandum of understanding, tetapi juga benar-benar menjadi kegiatan nyata.

Dari sisi Irak sangat wajar apabila mereka menginginkan ada kegiatan perdagangan dan investasi yang benar-benar nyata karena praktis sekarang ini mereka bergantung pada semua kebutuhannya dari luar. Beruntung, Irak memiliki produksi minyak yang besar sehingga kebutuhan masyarakat bisa tertutupi dari pendapatan minyak mereka. Ke depan Irak masih akan mengandalkan produksi minyak sebagai sumber pendanaan pembangunan mereka.

Produksi minyak mereka yang saat ini mencapai 2,5 juta barel per hari akan ditingkatkan menjadi 7 juta hingga 10 juta barel pada 2016. Ini tentu peluang bagi Indonesia yang membutuhkan energi untuk memacu pembangunan ekonomi. Wakil PM Shahristani secara khusus mempersilakan Pertamina untuk ikut dalam eksplorasi dan produksi minyak di Irak. Wakil PM Shahristani justru mempertanyakan kesungguhan Pertamina untuk beroperasi di Irak. Selama ini Irak begitu bersemangat untuk memberikan konsesi kepada Pertamina.

Jika tidak ingin beroperasi sendiri, Irak bahkan sudah meminta satu konsesi yang dikelola Exxon-Mobil untuk bisa dioperasikan bersama Pertamina. Hanya, sampai saat ini belum ada respons yang positif dari Pertamina. Peluang lain yang bisa dimanfaatkan adalah bidang perdagangan dan investasi. Irak tidak hanya membutuhkan produk-produk pertanian bagi kebutuhan masyarakatnya, tetapi juga kebutuhan lain seperti tekstil dan produk tekstil. Pembangunan kembali Irak yang porak-poranda karena perang merupakan peluang bagi perusahaan konstruksi Indonesia.

Pada era seperti sekarang, semua negara harus agresif menangkap peluang. Tidak berlebihan apabila Indonesia membentuk semacam kantor perwakilan bisnis di Baghdad. Sebagai negara produsen minyak terbesar kedua di dunia, Irak merupakan kesempatan bisnis yang luar biasa. Justru dalam kondisi seperti ini, Indonesia harus mengambil momentumnya. Kita harus berani seperti China yang masuk ke Afrika dan kini boleh dikatakan China menguasai Benua Hitam meninggalkan Amerika Serikat dan Eropa, yang sekarang merasa kecolongan.

Peralatan Militer

Konsolidasi militer merupakan pekerjaan rumah yang juga sedang dilakukan Irak. Sebagai pilar kekuatan pertahanan negara, Irak harus menyatu kembali kekuatan angkatan perang yang sempat terpecah antara kekuatan yang pro dan anti-Saddam Hussain. Tugas konsolidasi militer berada di pundak Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Irak Jenderal Babaker Baderkhan Shawkat Zebari.

Konsolidasi mencakup pengadaan peralatan militer untuk melengkapi peralatan yang sudah rusak karena perang. Sekarang ini tentara Irak kebanyakan menggunakan peralatan militer yang ditinggalkan pasukan sekutu. Namun, usia peralatan militer yang bekas dipakai berperang pasti tidak akan lama dan segera membutuhkan peremajaan. Indonesia memiliki produk peralatan militer yang bisa memenuhi kebutuhan tentara Irak. Keberuntungan yang dimiliki Indonesia, produk yang dihasilkan tidak harus bersaing dengan produk-produk AS.

Wakil Menteri Pertahanan Irak Jenderal Mohan Hafedz Hamad tertarik dengan produk-produk militer kombatan yang dihasilkan PT Pindad seperti Panser Anoa, senjata laras pendek dan panjang, maupun produk nonkombatan seperti seragam tentara, topi baja, sepatu, hingga ransum halal untuk prajurit. Kementerian Pertahanan Indonesia mengundang perwira tinggi Irak untuk hadir pada peringatan Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia, 5 Oktober mendatang.

Kehadiran perwira tinggi Irak akan dipakai untuk memperkenalkan industri strategis yang ada di Indonesia. Pada era perdagangan bebas diplomasi militer tidak hanya memiliki dimensi pertahanan semata. Diplomasi militer bisa juga kita jadikan sebagai ujung tombak ekonomi. Apalagi kita sudah cukup panjang membangun industri strategis.

◄ Newer Post Older Post ►