Sabtu, 22 September 2012

Ramalan dan Harapan


Ramalan dan Harapan
Toeti Prahas Adhitama ;  Anggota Dewan Redaksi Media Group
MEDIA INDONESIA, 21 September 2012



GAMBARAN masa depan tidak pernah jelas. Itu sebabnya berbagai bentuk perkiraan atau ramalan, spiritual maupun rasional, selalu menarik perhatian. Apalagi bila masyarakat merasakan ketidakpastian. Semakin positif ramalan itu, semakin membesarkan harapan. Namun rasanya naif bila kita terhanyut oleh khayalan. Misalnya, tentang masa depan Indonesia: sepanjang sejarah sejak kemerdekaan sampai sekarang, berulang kali Indonesia diramalkan akan melaju. Katanya, negeri ini akan mampu mencapai kemajuan setingkat negaranegara maju. Kita bersukacita mendengarnya. Tetapi apakah sudah ada ramalan hebat yang terwujud sampai saat ini?

Malahan faktanya, sekarang hari demi hari kita menghadapi kerancuan akibat perilaku oleng kita sendiri. Maka mimpi di hari bolong jangan kita anggap berita nyata. Janji bahwa tidak lama lagi kita akan terentas dari kekacauan setelah perubahan dari sistem otoriter ke sistem demokrasi hendaknya diterima dengan hati-hati; sebab, belajar dari sejarah, tidak ada negara-termasuk negara-negara maju-yang cepat terbebas dari kekacauan akibat perubahan sistem ketatanegaraan maupun tatanan sosial-budaya dan ekonomi. Kenyataannya, sekarang tiap hari kita dibuat linglung oleh putaran berita tentang korupsi dan penyalahgunaan wewenang/kekuasaan, dengan usaha-usaha mengatasinya yang tumpang tindih dan berputar-putar.

Ketika ada pengumuman yang memperkirakan sekitar 2025 nanti kita akan maju pesat berkat MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia), kita terhenyak. Mudah-mudahan terwujud. Tetapi tentu tergantung pada partisipasi masyarakat yang menyiapkan SDM; maupun kondisi sumber daya alam (SDA) sebagai pendukungnya.

Berkibar Sebelum Saatnya
Lebih dari seperempat abad yang lalu, ada ramalan mengesankan yang dibuat Arlington Forecasting International Company, AS. Perusahaan itu membuat berbagai perkiraan untuk para kliennya. Waktu itu harian-harian terkemuka dunia, termasuk US News & World Reports dan Omni(Jepang), banyak melakukan wawancara dengan pimpinan perusahaan tersebut. Menurut laporan dari Jepang, salah satu perkiraannya, antara 1996-2005, Indonesia akan menjadi negara ke-7 termaju sesudah Australia, Amerika Serikat, Kanada, Inggris, Swedia, dan Jerman Barat. Itu kesimpulan yang diolah perusahaan tersebut setelah mendapat input dari 64 indikator, lebih dari 200 tren, dan lebih dari 3.500 peristiwa; semuanya terkait dengan masalah energi serta kondisi sosial, politik dan ekonomi. Jepang, yang waktu itu ada pada urutan ke-3, akan merosot tajam posisinya bila tidak cepat-cepat mengelola sumber energi nuklirnya.

Ramalan itu tentu membesarkan hati, lebih-lebih karena memang senada dengan apa yang dikatakan Menteri Habibie kepada wartawan asing Kieren Cooke, yang dimuat Financial Times pada April 1985. Kata Habibie, dia tidak meragukan kemampuan Indonesia untuk menjadi negara semaju Jepang. Enam tahun sebelum itu Habibie bahkan pernah mengatakan kalau kepala manusia dibuat komputer, dia bisa menjadi sebesar planet bumi. Dengan penduduk sebesar yang dimilikinya, bayangkan apa yang bisa dilakukan Indonesia.

Tetapi komputer tentunya memerlukan data untuk bisa diprogram sesuai kebutuhan. Apa input yang perlu masuk pikiran tiap insan Indonesia untuk memajukan negeri ini? Misalnya, apakah Arlington Forecasting International Company ketika mengolah data komputer mendapat gambaran, informasi macam apa yang membanjiri Indonesia? Sistem pendidikan macam apa yang mampu membawa Indone sia maju? Kesulitan-kesulitan praktis dan normatif di bidangbidang itu apakah juga dipertimbangkan?

Manusia Sumber Paling Hebat
Margaret Thatcher dalam Statecraft (2002) menyampaikan pikiran-pikirannya tentang berbagai strategi bagi dunia yang sedang berubah; termasuk yang terjadi di Asia. Nilai-nilai, kebiasaan, dan sikap orangorang Asia Timur akan memiliki dampak makin besar terhadap perekonomian dunia. Tambahnya, “Kekayaan negara tidak perlu bergantung pada sumber alamnya (SDA). Bahkan kelangkaan sumber alam malahan akhirnya akan memberkatinya.
 
Sumber paling hebat adalah manusia. Yang perlu dilakukan negara adalah meletakkan landasan agar bakat manusia bisa berkembang.“

Dia menambahkan, Singapura sukses karena tidak memiliki apa-apa. Keterampilan, kreativitas, dan kemampuan berusahalah yang membawa kesuksesan bagi orang-orangnya. “Bila orang-orang berbakat mengandalkan daya pikir dan bukan kekuatan fisik semata, masyarakat akan maju.“

Indonesia kaya akan sumber daya alam. “Indonesia pasti maju. Tinggal tunggu waktu. Tetapi, harus ada kemauan dan kerja keras.“ Pernyataan itu pernah disampaikan ilmuwan terkemuka yang juga mantan Menteri Ilmu dan Teknologi Korea Selatan Dr Hyung Sup-choi ketika dimintai pendapatnya tentang harapan bagi masa depan Indonesia beberapa tahun lalu. Sambungnya, industri di negara berkembang harus berakar pada masyarakat sendiri. Pendidikan formal memang penting, tetapi perlu waktu. Sebenarnya pola paternalistik di Indonesia sangat membantu. “Dalam masyarakat paternalistik yang top down, proses inovasi bisa berlangsung bila figur-figur anutan mau menerima dan mulai mengembangkan teknologi maju.“

Kesimpulannya, banyak yang diharapkan dari MP3EI dan tentunya dari figur-figur panutan. Seiring itu, jangan kita menafikan pikiran besar dan mendasar serta keteladanan hebat para pemimpin terdahulu.
◄ Newer Post Older Post ►