Sabtu, 15 September 2012

Menghakimi Perbedaan


Menghakimi Perbedaan
Ihsan M Rusli ;  Wakil Sekjen PB Persatuan Tarbiyah Islamiyah
SUARA KARYA, 14 September 2012


Andaikan Tuhan menciptakan manusia dalam keadaan serba sama atau homogen, apa yang bisa kita perbuat? Wajah manusia serba sama, nasib mereka juga sama, perilaku mereka sama. Alangkah menjemukan dan juga mungkin membingungkan dunia ini dengan ciptaan yang serba homogen itu.

Sama juga dengan pertanyaan sufistik, mengapa Tuhan telah menginformasikan adanya surga dan neraka? Kenapa tidak diciptakan surga saja?

Artinya, memang sudah sunatullah bahwa perbedaan itu adalah sesuatu keniscayaan yang harus disikapi dengan wajar. Mengapa kita harus menginginkan orang harus sama dengan kita? Harus mengikuti kita dan tidak memilih yang 'lain'? Inilah sejatinya pertanyaan-pertanyaan yang harus kembali kita munculkan di tengah begitu akutnya pemaksaan kehendak, teror, dan kekerasan yang terjadi di negeri ini.

Tak Ada Paksaan

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Sempurna dan Maha Adil. Dia ciptakan makhluk termasuk manusia dan Dia beri kitab tuntunan hidup, yaitu Al-Qur'an dan Dia utus Rasul untuk mengimplementasikan wahyu-Nya dan jadi teladan bagi umat manusia.

Rasulullah SAW yang diberi wahyu oleh Allah SWT adalah sebaik-baik teladan dan Rasulullah SAW menyatakan bahwa dia tidak diutus kecuali untuk menyempurnakan akhlaq manusia.

Akhlaq itulah yang menjadi ciri utama umat Rasulullah SAW. Semakin tinggi tingkat ketakwaan seseorang maka seharusnya semakin luhur dan agung akhlaqnya. Itulah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

Apakah manusia boleh menghakimi kepercayaan manusia lain, lalu berbuat seolah-olah seperti Tuhan? Padahal, yang berhak memvonis dan menghukum itu hanyalah Tuhan karena hanya Dialah sumber kebenaran sejati. Allah SWT sendiri tidak pernah memaksa manusia untuk beriman kepada-Nya, kalau Dia mau sebenarnya bisa saja semua manusia beriman, tapi Allah SWT memberi kebebasan seperti firman-Nya dalam surah Al-Baqarah ayat 256 sebagai berikut.

"Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada thagut dan beriman kepada Allah maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan, Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Akhir-akhir ini, kita bangsa Indonesia merasa prihatin dengan maraknya aksi kekerasan, teror, dan berbagai tindakan yang jauh dari tuntunan agama yang agung dan penuh kedamaian ini. Eskalasi kekerasan tidak akan pernah berakhir kalau kita tidak kembali 
kepada tuntunan Islam dengan sungguh-sungguh.

Banyak sekali tuntunan agung agama ini agar kita mendahulukan akhlaq terpuji sebagai wujud dari kematangan diri dan tingkat ketakwaan hatta kepada musuh sekali pun. "Dan, janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa." 
Demikian Allah SWT menuntun umat manusia dalam firman-Nya di surah Al-Maidah ayat 8.

Seberapa berat pun tingkat kebencian dan permusuhan dalam diri harus tetap dikontrol dengan iman di dada sehingga tidak melahirkan perilaku yang hanya berlandaskan kepada hawa nafsu.

Soal sesat dan tidak sesat ataupun soal itu musuh Allah yang harus dilenyapi dan disakiti, itu bukan wilayah manusia untuk menjadi hakim. Akhlaq seorang muslim dalam mengajak dan membantah pun diberi tuntunan oleh Allah SWT dengan firman-Nya: "Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS An-Nahl: 125)

Begitu agungnya agama Islam menuntun pemeluknya dalam menyikapi perbedaan dan sejatinya mereka yang mendalami Islam dengan sungguh-sungguh insya Allah akan dituntun-Nya menuju jalan yang penuh berkah, memberi manfaat untuk sesama dan rahmat bagi semesta alam.

"Dan, orang-orang yang berjihad untuk mencari keridhaan Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan, sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS Al-Ankabut: 69)

Mereka yang dituntun oleh-Nya adalah mereka yang berbuat baik. Jadi, setiap muslim harus menyadari bahwa kebajikan, kemanfaatan, kasih sayang adalah prioritas utama dalam agenda aktivitas mereka dari waktu ke waktu. Karena, itulah yang dicintai oleh Sang Khalik, Allah SWT. Jadi, untuk apa melakukan teror dan kekerasan serta menghakimi pihak lain?

◄ Newer Post Older Post ►