(jelajahunik) Sebagian besar komposisi tubuh manusia berupa cairan. Untuk itu, air minum sebagai asupan penting bagi tubuh harus terjaga kualitasnya. Namun, sayang, air mineral yang beredar di pasaran ternyata mengandung logam, baik yang berbahaya maupun tidak, seperti besi (Fe), kromium (Cr), timbal (Pb), maupun merkuri (Hg).
Berangkat dari kondisi tersebut, dua mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang (Unnes) mencoba menghadirkan solusi. Kedua pemuda tersebut, yakni Sanusi dan Aziz Amrullah mengembangkan air minum kemasan dengan total dissolved solid (TDS) rendah.
Keduanya menjelaskan, air kemasan yang mereka kembangkan memiliki tingkat endapan rendah sesuai dengan standar air minum menyehatkan. "Air minum kemasan itu kami beri nama CCOxy. Sudah kami produksi di dekat kampus Unnes tepatnya di Jalan Cokro Nomor 9 Sekaran," ujar Sanusi, seperti dikutip dari laman Unnes, Selasa (19/2/2013).
Tingkat kesehatan produk buatan kedua mahasiswa tersebut telah teruji. Pada April 2012, Sanusi melakukan uji TDS dan uji elektrolisis beberapa air di pasaran sebagai sampel perbandingan. Hasilnya, kadar TDS air mineral CCOxy sebesar 0 (Nol) ppm (part per milion) dan uji elektrolisisnya tetap bening.
Sementara untuk pembanding lain, yakni air sumur, air galon, dan air mineral bermerek X memiliki kandungan TDS yang lebih tinggi daripada CCOxy. Untuk air sumur mengandung TDS sebesar 10 ppm dan terdapat endapan kuning. Sedangkan air galon refill memiliki TDS sebesar 11 ppm dan terdapat endapan kuning, serta air mineral merk X memiliki kandungan TDS sebanyak 21 ppm dan ada endapan hijau.
"TDS merupakan satuan banyaknya zat yang terlarut dalam air. Jumlah TDS suatu air minum yang diijinkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) berkisar antara 4-12 ppm," jelasnya.
Sanusi mengaku, usaha memproduksi air kemasan ini dibangun bermula dari mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM) kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti). Mereka bertekad mengubah pandangan negatif mengenai PKM yang hanya berakhir sebagai proposal tanpa ada tindakan lebih lanjut.
"Dengan semangat menjadi pengusaha muda sukses, kami bertekat mengubah pandangan kebanyakan mahasiswa yang menganggap PKM hanya berakhir pada monitoring dan evaluasi saja tanpa ada follow up setelahnya," kata mahasiswa semester empat tersebut.
Setelah selesai program PKM Dikti, tambah Sanusi, mereka terus melanjutkan usaha tersebut dengan mengikuti program mahasiswa wirausaha (PMW) yang diselenggarakan oleh Unnes Students Entrepreneurship Center (UNSEC). Lembaga tersebut merupakan pusat kewirausahaan mahasiswa Unnes yang memfasilitasi mahasiswa untuk menjadi pengusaha muda yang sukses.
CCOxy diproduksi dalam berbagai kemasan, yakni kemasan gelas 250 ml, botol 350 ml, botol 600 ml, botol 1000 ml, dan galon 19 liter. Saat ini, mahasiswa, dosen, karyawan, dan masyarakat luas telah menjadi konsumen CCOxy.