Hampir semua orang pasti pernah berbohong. Bahkan bagi sebagian orang, kebohongan itu kadang dibutuhkan, atau disebut "bohong putih". Menurut Bella M. DePaulo, psikolog dari University of Virginia, kebohongan ini dilakukan untuk menyembunyikan sesuatu ataupun mempertahankan diri seseorang. Sedangkan Michael Lewis, psikolog sekaligus penulis bukuLying and Deception in Everyday Lifemengungkapkan, pria berbohong untuk meningkatkan penilaian dan ego mereka di mata pasangannya. Maka, Anda perlu berhati-hati terhadap kebohongan yang dilakukan pria. Berikut beberapa kebohongan mereka yang harus Anda waspadai.
1. "Saya lulusan terbaik dari sekolah"
Ini adalah kebohongan klasik yang diungkapkan para pria, untuk memberi kesan baik bagi para perempuan. Pada dasarnya, hal ini disebabkan sifat pria yang cenderung sulit untuk menerima kegagalan. Secara tak langsung, budaya tradisional menuntut pria untuk sukses sehingga ia harus meningkatkan kesan cemerlang di hadapan pasangannya.
Namun, kebohongan ini memang harus diantisipasi. Seorang pria yang tidak bisa jujur pada kegagalannya, baik di tempat kerja ataupun lingkungan lainnya, kemungkinan akan selalu menyalahkan istrinya atas kesalahan yang diperbuatnya saat menikah.
2. "Sayang, kamu yang terbaik"
Salah satu kebohongan yang banyak diungkapkan para pria adalah masalah seks. Hal ini mungkin disebabkan karena masalah ini adalah yang paling rentan dan sensitif. Karena dianggap sensitif, pria seringkali memberikan berbagai pujian berlebihan terhadap kecantikan dan performa seks pasangannya. Kebohongan ini bisa membahayakan kehidupan pernikahan, karena Anda cenderung akan puas dengan kondisi saat ini dan tak ingin memperbaiki diri. Keterbukaan adalah cara terbaik untuk lebih intim, karena keintiman sesungguhnya tergantung pada kebenaran, terutama di kamar tidur.
3. "Saya tidak tahu kapan bisa meneleponmu"Ini adalah kebohongan yang menyedihkan, karena jika ia benar-benar mencintai Anda, paling tidak ia bisa menyempatkan sedikit waktu untuk menelepon Anda. DePaulo menyarankan untuk memperhatikan nada suaranya. Ketika seseorang berbohong, biasanya suaranya akan berubah sedikit bergetar atau sedikit meninggi. Selain itu, ada juga kemungkinan jadi terbata-bata atau bahkan salah ngomong.
4. "Gaun itu sangat cantik di tubuhmu"
Jika diteliti, sebenarnya ini adalah kebohongan yang baik, karena menunjukkan kepedulian pasangan. Namun kebohongan semacam ini biasanya bukan didasari dengan hati yang tulus, melainkan sebagai respons atas apa yang ingin Anda dengar, atau untuk menghindari perselisihan.
Daripada harus malu ketika menghadiri pesta dengan gaun yang terlalu ketat, bukankah lebih baik untuk mengungkapkan hal yang sejujurnya? Hanya saja, mungkin butuh kalimat yang lebih bersahabat, misalnya, "Aku suka dengan semua baju yang kamu pakai, tapi sepertinya baju ini kurang pas dipakai saat ini".
5. "Tenang saja, aku tidak akan terkena PHK"
Ego pria membuatnya harus bersikap melindungi, sekaligus menutupi kelemahannya. Maka, mereka menganggap bahwa berbohong soal nasibnya di perusahaan sah dilakukan ketimbang membuat pasangan mereka khawatir. Namun, bagaimana pun juga kebohongan itu bisa menghancurkan kepercayaan. Jika kebohongan akhirnya terbongkar, tentu Anda jadi merasa tidak dihargai sebagai pasangan hidupnya, merasa tidak dilibatkan dalam kehidupannya. Belajarlah untuk mulai mengerti bahwa sudah seharusnya pasangan itu saling mendukung dan bukan menutupi masalah penting untuk menghindari konflik.
1. "Saya lulusan terbaik dari sekolah"
Ini adalah kebohongan klasik yang diungkapkan para pria, untuk memberi kesan baik bagi para perempuan. Pada dasarnya, hal ini disebabkan sifat pria yang cenderung sulit untuk menerima kegagalan. Secara tak langsung, budaya tradisional menuntut pria untuk sukses sehingga ia harus meningkatkan kesan cemerlang di hadapan pasangannya.
Namun, kebohongan ini memang harus diantisipasi. Seorang pria yang tidak bisa jujur pada kegagalannya, baik di tempat kerja ataupun lingkungan lainnya, kemungkinan akan selalu menyalahkan istrinya atas kesalahan yang diperbuatnya saat menikah.
2. "Sayang, kamu yang terbaik"
Salah satu kebohongan yang banyak diungkapkan para pria adalah masalah seks. Hal ini mungkin disebabkan karena masalah ini adalah yang paling rentan dan sensitif. Karena dianggap sensitif, pria seringkali memberikan berbagai pujian berlebihan terhadap kecantikan dan performa seks pasangannya. Kebohongan ini bisa membahayakan kehidupan pernikahan, karena Anda cenderung akan puas dengan kondisi saat ini dan tak ingin memperbaiki diri. Keterbukaan adalah cara terbaik untuk lebih intim, karena keintiman sesungguhnya tergantung pada kebenaran, terutama di kamar tidur.
3. "Saya tidak tahu kapan bisa meneleponmu"Ini adalah kebohongan yang menyedihkan, karena jika ia benar-benar mencintai Anda, paling tidak ia bisa menyempatkan sedikit waktu untuk menelepon Anda. DePaulo menyarankan untuk memperhatikan nada suaranya. Ketika seseorang berbohong, biasanya suaranya akan berubah sedikit bergetar atau sedikit meninggi. Selain itu, ada juga kemungkinan jadi terbata-bata atau bahkan salah ngomong.
4. "Gaun itu sangat cantik di tubuhmu"
Jika diteliti, sebenarnya ini adalah kebohongan yang baik, karena menunjukkan kepedulian pasangan. Namun kebohongan semacam ini biasanya bukan didasari dengan hati yang tulus, melainkan sebagai respons atas apa yang ingin Anda dengar, atau untuk menghindari perselisihan.
Daripada harus malu ketika menghadiri pesta dengan gaun yang terlalu ketat, bukankah lebih baik untuk mengungkapkan hal yang sejujurnya? Hanya saja, mungkin butuh kalimat yang lebih bersahabat, misalnya, "Aku suka dengan semua baju yang kamu pakai, tapi sepertinya baju ini kurang pas dipakai saat ini".
5. "Tenang saja, aku tidak akan terkena PHK"
Ego pria membuatnya harus bersikap melindungi, sekaligus menutupi kelemahannya. Maka, mereka menganggap bahwa berbohong soal nasibnya di perusahaan sah dilakukan ketimbang membuat pasangan mereka khawatir. Namun, bagaimana pun juga kebohongan itu bisa menghancurkan kepercayaan. Jika kebohongan akhirnya terbongkar, tentu Anda jadi merasa tidak dihargai sebagai pasangan hidupnya, merasa tidak dilibatkan dalam kehidupannya. Belajarlah untuk mulai mengerti bahwa sudah seharusnya pasangan itu saling mendukung dan bukan menutupi masalah penting untuk menghindari konflik.