Hal tersebut sebaiknya dihindari. Menurut penelitian Queensland University Technology, setiap ibu harus percaya kalau anak bisa memutuskan kapan harus makan dan seberapa banyak. Peneliti menemukan yang disebut 'sesuai permintaan', dalam hal kebiasaan makan anak lebih baik daripada gaya makan tradisional yang terjadwal.
Para ibu juga sebaiknya menghindari anak makan sambil bermain atau menyediakan makanan alternatif untuk dimakan si kecil. Namun, menyusui bayi untuk menenangkan dianggap tidak masalah selama tidak menggunakan metode pemaksaan untuk memasukkan makanan ke mulut anak.
"Bayi memiliki kapasitas bawaan untuk mengatur asupan makanan mereka. Kami menyarankan para ibu untuk percaya pada bayi mereka. Orangtua menyediakan dan bayi yang memutuskan," kata Profesor Lynne Daniels, dari Queensland University Technology, seperti dikutip dari Telegraph.
Ada dua hal yang sering dilakukan para ibu dalam hal memberikan makan pada bayi. Pertama, secara tradisional, yaitu membuat jadwal makan yang ketat, dengan harapan kebiasaan makan mereka nantinya akan teratur. Yang kedua, memberikan makanan hanya ketika anak merasa lapar atau meminta.
Dalam rangka menguji yang terbaik, Profesor Daniels dan timnya melakukan penelitian pada 293 ibu-ibu baru selama dua tahun pertama kehidupan bayi mereka. Tiap ibu diwawancarai seputar gaya pengasuhan mereka dan kebiasaan memberi makanan pada bayinya. Lalu, berat badan bayi diukur pada usia 14 bulan.
"Kami menemukan bahwa anak yang diberikan makan secara responsif, atau hanya saat merasa lapar cenderung memiliki berat badan yang lebih rendah," kata Daniel. Artinya cara ini dapat menekan obesitas.
Dia mengatakan memang terlalu dini dalam mengetahui manfaat yang tepat, tetapi itu berdampak sangat signifikan. "Menggunakan metode memaksa dalam mengajarkan makan pada anak, membuat mereka memiliki alasan lain untuk makan selain lapar," katanya.
sumber