Berdasarkan catatan WHO, terdapat 8 kasus flu burung di Indonesia yang berakhir dengan kematian sepanjang 2012. Sejak muncul di Indonesia tahun 2005, total ada 159 kematian dari 191 kasus flu burung. Ada dugaan bahwa penyebaran flu burung yang terjadi berkaitan dengan upaya bioterorisme.
"Di negara-negara lain terjadi (bioterorisme). Dengan perkembangan teknologi dan virus yang semakin cepat perkembangan teknologinya, menurut saya perkembangan itu semakin nyata. Di Indonesia masih kasuistis, belum menjadi fenomena yang menyeluruh," ujar Sekjen Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Fadli Zon.
Fadli mengutarakan hal tersebut dalam acara Diskusi Publik 'Mempersiapkan Rakyat Menghadapi Bioterorisme' yang digelar Dewan Kesehatan Rakyat di Gedung Joeang 45, Menteng Raya, Jakarta, seperti ditulis Rabu (10/4/2013). Menurut Fadli, penerapan bioterorisme bukanlah hal yang baru lagi.
Pada tahun 1984, kota Oregon di AS diserang oleh kelompok radikal menggunakan zat racun salmonella untuk mencemari makanan. Saat itu tengah berlangsung pemilihan umum. Sekitar 751 orang menjadi korban meskipun tidak sampai meninggal. Di tahun 1994 dan 1995, ditangkap 4 orang di Minnessota karena memiliki zat biologis yang digunakan untuk senjata.
Menyangkut flu burung, virus H5N1 yang sempat menyerang Indonesia diduga kuat berasal dari China. Jika penyebabnya karena migrasi unggas, Fadli menjelaskan, faktanya Indonesia bukan tempat migrasi burung dari China. Jikalau pun memang karena migrasi unggas, semestinya Vietnam, Kamboja, Thailand atau Malaysia lah yang lebih dulu terkena virus ini.
Kecurigaan adanya bioterorisme muncul karena virus flu burung yang pertama kali menyerang Indonesia terjadi di Tangerang, di mana korbannya tidak pernah berinteraksi dengan unggas. Hasil penyelidikan Menteri Kesehatan yang ketika itu dijabat oleh Siti Fadilah Supari menemukan bahwa flu burung tidak ditularkan dari unggas ke manusia ataupun dari manusia ke manusia.
"Itu bisa terjadi dari dalam maupun luar. Dari luar orang membawa masuk virus itu kemudian tersebar dan kemudian dia pakai vaksin. Jadi modus-modus seperti itu tidak boleh kita tutup, bisa saja terjadi," terang Fadli.
Menurut WHO, wabah bisa dibagi menjadi 3. Yang pertama adalah natural outbreak of disease, yaitu terjadi karena alami. Yang kedua accidental outbreak of disease atau karena kecelakaan laboratorium sehingga patogennya terlepas. Yang ketiga adalah intentional outbreak of disease atau kesengajaan. Faktor kesengajaan inilah yang paling sulit dilacak asal-usulnya.
"Kita harus mulai peduli terhadap bioterorisme, biological attack dan sebagainya. Mulai sadar bahwa yang menjadi ancaman itu bukan orang membawa senjata, membawa peluru, membawa meriam. Kita harus sadari sekarang ini kita memasuki tahap bukan hanya kepentingan kedaulatan, tetapi juga usaha politik ekonomi, menjadikan Indonesia sebagai komoditas dan mengambil keuntungan dari situ," jelas Fadli.
Definisi bioterorisme sendiri merupakan kekhawatiran atau ketakutan yang ditimbulkan bahan-bahan biologi. Menurut kamus, definisi teror adalah sesuatu yang menyebabkan kecemasan. Bioterorisme sebaiknya dibedakan dengan dengan senjata biologis sebab senjata biologis menimbulkan kematian.
Sumber : Detik