(jelajahunik) Untuk perempuan, jangan tersinggung dengan perbandingan ini. Riset terbaru menunjukkan, simpanse betina dan perempuan sama-sama cenderung "nyolot" jika berinteraksi dengan sesama jenisnya.
Nicole Scott, peneliti dari University of Minnesota di Minneapolis, Amerika Serikat, mengamati perilaku 17 simpanse betina dan 5 simpanse jantan yang tinggal berkelompok di Kebun Binatang Chester, Inggris. Gestur simpanse diamati.
"Saya mendefiniskan gestur sebagai gerakan ekspresif dari kaki atau kepala atau postur tubuh yang disengaja," kata Scott seperti dikutip BBC Nature, Senin (4/3/2013).
Pengamatan menunjukkan, perilaku simpanse jantan dan betina secara keseluruhan tidak menunjukkan perbedaan. Namun, perbedaan dalam pola komunikasi ditunjukkan ketika peneliti mengamati interaksi antarindividu.
Menurut pengamatan Scott, simpanse betina cenderung agresif ketika berinteraksi dengan sesama jenisnya. Namun, ketika berinteraksi dengan lawan jenis, simpanse betina akan lebih bersikap lembut.
Hal berbeda dijumpai pada interaksi sesama pejantan. Pejantan cenderung berkawan satu dengan lainnya.
Scott menjelaskan, fenomena ini mungkin mencerminkan tekanan sosial yang dihadapi setiap jenis kelamin. Contoh, bagi pejantan, sangat penting untuk bekerjasama dan mempertahankan status sosial dalam kelompok.
Bagi betina, tekanan sosial untuk saling bekerjasama relatif kurang. Justru, betina 'dipaksa' untuk membangun interaksi positif dengan lawan jenis. Maka, perilaku tersebutlah yang dijumpai dalam observasi.
Scott mengatakan, perilaku simpanse betina bisa jadi merupakan cermin dari perilaku manusia perempuan.
"Bicara dalam sudut pandang manusia, saya dengan pasti bisa melihat paralel dalam hidup saya. Perempuan secara umum lebih agresif dan kompetitif satu sama lain. Dan, laki-laki tidak mengubah perilakunya di luar konteks status sosial," kata Scott.
"Mungkin, sifat ini diturunkan dari simpanse nenek moyang kita, sifat yang adaptif dengan tekanan sosial mereka. Namun, saya akan memberikan hak untuk berargumen soal hal ini bagi para antropolog," tambahnya.
Scott mengakui, hasil risetnya mungkin kontroversial. Pasalnya, selama ini juga diyakini bahwa pejantan lebih agresif. Namun, mungkin saja simpanse betina punya agresifitas dalam bentuk lain.