Select a Page
Dengan mengenakan jaket loreng, celana kargo khaki, dan bersepatu boot, wanita 36 tahun ini tidak kenal takut. Menyandang senapan pemburu, dia siap meledakkan kepala-kepala tentara rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Dikenal dengan nama hanya "Guevara", wanita di kota Aleppo ini seakan menentang anggapan umum: Wanita jangan dekat-dekat medan perang. Bertindak sebagai penembak jitu alias sniper, Guevara menjadi andalan pemberontak di kota barat laut Suriah itu untuk membunuh para tentara Assad.
Mengambil nama tokoh revolusi Argentina, bekas guru bahasa Inggris ini sering bertempur bersama dengan sekitar 30 orang pria menghadapi tentara yang beringas.
Dia tergerak turun ke medan juang setelah dua anaknya yang berusia 10 dan tujuh tahun tewas terbunuh beberapa bulan lalu. Saat itu, rumahnya digempur jet tempur pemerintah Suriah. Guevara ingin menuntut balas.
Dia mengatakan, sangat ingin membunuh para tentara Suriah di kotanya. "Saya suka berperang. Ketika saya melihat teman saya di Katiba (salah satu divisi pemberontak) terbunuh, saya ingin mengambil senjata dan balas dendam," kata Guevara kepada Telegraph, Rabu 6 Februari 2013.
Posnya adalah di berbagai gedung yang telah kosong di Aleppo. Dengan senapan di tangan dan mata setajam elang, Guevara membidik calon korbannya.
Tugas ini, ujarnya, membutuhkan kesabaran, kecepatan dan kecerdasan. Dia mengaku harus duduk berjam-jam menunggu warga sipil menyingkir dari jalan dan tentara Suriah masuk dalam kekerannya. Masuk dalam jangkauan tembak, pelatuk ditarik, beberapa tentara tertembus peluru.
Guevara mengatakan dia telah menembak sedikitnya empat atau lima orang tentara. "Ini membuat kami senang. Ketika tembakan saya mengenai salah satu dari mereka, saya teriak 'Yes!'," kata dia.
Wanita cantik ini berasal dari Palestina dan pernah menjalani latihan militer yang digelar Hamas di Lebanon. Dia bahkan tergabung dengan partai bawah tanah warga Palestina untuk menggulingkan Bashar al-Assad.
Pernikahannya dengan suaminya yang pertama gagal karena dia menganggap lelaki itu kurang militan. Dia juga mengancam meninggalkan suaminya yang baru, seorang komandan brigade tempur pemberontak, jika tidak diizinkan terjun berperang.
Walaupun terlihat garang dan tegar, namun Guevara tetaplah seorang wanita yang penuh kelembutan. Dia mengaku sering bangun malam hari dan menangis jika mengingat kematian dua anaknya dan kengerian yang disaksikannya setiap hari di Suriah.
Dia pernah melihat lebih dari 100 mayat dalam beberapa bulan terakhir. Dia sendiri sering bersinggungan dengan malaikat maut. Salah satunya saat sebuah bom meledak dekat mobil yang dikendarainya beberapa waktu lalu.
PBB mencatat, lebih dari dua tahun konflik Suriah berlangsung, korban tewas melampaui 60.000 orang. Bashar al-Assad bersikeras tidak akan turun tahta dan tetap menggempur warga sipil, dengan dalih mencari pemberontak. Sementara itu upaya komunitas internasional juga belum membuahkan hasil.
(jelajahunik)
Damaskus- Perempuan biasanya balas dendam secara halus tapi tidak kalah mematikan daripada balas dendamnya pria. Dalam medan perang di Suriah ada seorang perempuan yang sebelumnya berprofesi sebagai guru bahasa Inggris yang lembut berubah 180 derajat menjadi seorang penembak jitu yang siap membunuh kapan saja. Dia termotivasi oleh kematian dua anaknya yang terbunuh oleh tentara pro Bashar al-Asaad.Dengan mengenakan jaket loreng, celana kargo khaki, dan bersepatu boot, wanita 36 tahun ini tidak kenal takut. Menyandang senapan pemburu, dia siap meledakkan kepala-kepala tentara rezim Bashar al-Assad di Suriah.
Dikenal dengan nama hanya "Guevara", wanita di kota Aleppo ini seakan menentang anggapan umum: Wanita jangan dekat-dekat medan perang. Bertindak sebagai penembak jitu alias sniper, Guevara menjadi andalan pemberontak di kota barat laut Suriah itu untuk membunuh para tentara Assad.
Mengambil nama tokoh revolusi Argentina, bekas guru bahasa Inggris ini sering bertempur bersama dengan sekitar 30 orang pria menghadapi tentara yang beringas.
Dia tergerak turun ke medan juang setelah dua anaknya yang berusia 10 dan tujuh tahun tewas terbunuh beberapa bulan lalu. Saat itu, rumahnya digempur jet tempur pemerintah Suriah. Guevara ingin menuntut balas.
Dia mengatakan, sangat ingin membunuh para tentara Suriah di kotanya. "Saya suka berperang. Ketika saya melihat teman saya di Katiba (salah satu divisi pemberontak) terbunuh, saya ingin mengambil senjata dan balas dendam," kata Guevara kepada Telegraph, Rabu 6 Februari 2013.
Posnya adalah di berbagai gedung yang telah kosong di Aleppo. Dengan senapan di tangan dan mata setajam elang, Guevara membidik calon korbannya.
Tugas ini, ujarnya, membutuhkan kesabaran, kecepatan dan kecerdasan. Dia mengaku harus duduk berjam-jam menunggu warga sipil menyingkir dari jalan dan tentara Suriah masuk dalam kekerannya. Masuk dalam jangkauan tembak, pelatuk ditarik, beberapa tentara tertembus peluru.
Guevara mengatakan dia telah menembak sedikitnya empat atau lima orang tentara. "Ini membuat kami senang. Ketika tembakan saya mengenai salah satu dari mereka, saya teriak 'Yes!'," kata dia.
Wanita cantik ini berasal dari Palestina dan pernah menjalani latihan militer yang digelar Hamas di Lebanon. Dia bahkan tergabung dengan partai bawah tanah warga Palestina untuk menggulingkan Bashar al-Assad.
Pernikahannya dengan suaminya yang pertama gagal karena dia menganggap lelaki itu kurang militan. Dia juga mengancam meninggalkan suaminya yang baru, seorang komandan brigade tempur pemberontak, jika tidak diizinkan terjun berperang.
Walaupun terlihat garang dan tegar, namun Guevara tetaplah seorang wanita yang penuh kelembutan. Dia mengaku sering bangun malam hari dan menangis jika mengingat kematian dua anaknya dan kengerian yang disaksikannya setiap hari di Suriah.
Dia pernah melihat lebih dari 100 mayat dalam beberapa bulan terakhir. Dia sendiri sering bersinggungan dengan malaikat maut. Salah satunya saat sebuah bom meledak dekat mobil yang dikendarainya beberapa waktu lalu.
PBB mencatat, lebih dari dua tahun konflik Suriah berlangsung, korban tewas melampaui 60.000 orang. Bashar al-Assad bersikeras tidak akan turun tahta dan tetap menggempur warga sipil, dengan dalih mencari pemberontak. Sementara itu upaya komunitas internasional juga belum membuahkan hasil.
Share This To :