Senin, 25 Maret 2013

MLM Haram atau Halal ?

Apakah MLM Haram ?

Definisi MLM - Multi Level Marketing

(MLM) secara umum adalah model pemasaran yang menggunakan mata rantai Up Line- Down Line dengan memotong jalur distribusi. Menurut APLI (Asosiasi Pengusaha Langsung Indonesia) saat ini terdapat lebih 200-an perusahaan yang menggunakan sistem MLM dengan kharakteristik, pola dan sistem tersendiri.

Dalam mengkaji hukum halal-haramnya MLM dibutuhkan pendekatan yang lebih mendalam. Dimulai dari manajemen perusahaannya, sistem marketingnya, kegiatan operasionalnya serta produk yang dijualnya apakah sesuai dengan prinsip dalam syariah. Hal ini untuk menghindari kesalahan penilaian suatu bisnis yang menilai hanya berdasarkan satu sisi kegiatan operasionalnya saja tanpa menilai sistemnya secara keseluruhan.

Hal yang perlu diketahui dalam menilai suatu bisnis/ jual-beli yang sesuai dengan ketentuan Syariah (Standar 4+5):

MLM Haram
Standar Moral dalam Berbisnis

1. Tauhid

2. Kebebasan

3. Keadilan

4. Tanggung Jawab

Standar Operasional dalam Berbisnis
1. Menghindari segala praktik Riba

2. Menghindari Gharar (ketidakjelasan kontrak/ barang)

3. Menghindari Tadlis (Penipuan)

4. Menghindari perjudian (spekulasi/Maysir)

5. Menghindari kezaliman dan eksploitatif

Dalam sebuah catatan kritis tentang MLM, Robert L.Fitzpatrick dan Joyce K. Reynolds menulis: Penjualan langsung secara eceran ke konsumen merupakan cara kuno, bukan tren masa depan.
Justru ini adalah sistem penjualan yang produktif dan praktis. Selain itu perlu diperhatikan lagi bahwa daya tarik paling menyolok dari Industri MLM sebagaimana yang disampaikan lewat iklan dan presentasi penarikan anggota baru adalah ciri materialisme-nya.


Belajar Dari MLM

Ini suatu pernyataan menarik yang saya baca di majalahTempo minggu lalu.

Singapura punya 7% enterpreneur, sedangkan Indonesiahanya 0,18%

Dan menurut Pak Ciputra, pendapatan per kapita Singapura 15 x lipat dibanding kita. Lalu, masih menurut Pak Ciputra, pendidikan di Indonesia itu tidak menumbuhkan jiwa enterpreneur. Tidak ada motivasi, inspirasi, apalagi latihan. Jadi, lulusan pendidikan Indonesia itu kebanyakan hanya diplot untuk jadi karyawan, bukan jadi orang yang menggaji karyawan.


Saya juga termasuk hasil dari sistem pendidikan ini.Selama sekolah, yang ada di pikiran hanya belajar yang rajin supaya lulus dengan nilai memuaskan, dan bisa diterima kerja di perusahaan dengan gaji besar.

Bukannya saya menyalahkan cara berpikir seperti ini.
Tapi, kalau menurut Robert Kiyosaki, kalau mau masa tua terjamin, jangan kelamaan jadi karyawan. Selama jadi pegawai, belajarlah supaya suatu saat bisa jadi pengusaha.


Untungnya (kalau bisa disebut beruntung ya…), saya nggak betah jadi karyawan. Saya mulai berpikir untuk punya usaha sendiri. Apalagi ketika anak saya lahir, mulai deh saya merasakan "malas jadi pegawai”. Soalnya,sebagai pegawai, waktu saya habis untuk ngurusin orang lain, bukannya malah ngurusin anak sendiri.


Tapi, mau jadi pengusaha itu juga bukan soal yang gampang.

Kenapa ?

Yang bisa dijadikan alasan sebenarnya banyak…


Misalnya, tidak tahu dari mana memulainya, karena dari kecil tidak pernah diajarkan untuk jadi pengusaha. Seandainya saya lahir di keluarga Bakrie, gitu… kan otomatis saya bakal diplot untuk mewarisi perusahaan… wkwkwwkwk

Beruntung (ya, saya memang selalu merasa beruntung !) saya ketemu dengan bisnis MLM.

Banyak orang menganggap MLM itu sesuatu yang negatif. Awalnya, saya juga merasa curiga. Tapi, setelah dipertimbangkan dengan seksama,bisnis yang saya jalankan ini justru membuat saya belajar banyak tentang
bagaimana memiliki usaha sendiri.

Pertama, saya jadi tahu bahwa punya usaha sendiri itu butuh komitmen dan disiplin yang tinggi. Sebagai seorang karyawan, kita tinggal melakukan apa yang diperintahkan oleh atasan. Kalau kerjaan kita tidak beres, paling-paling dimarahi oleh atasan, tetapi belum tentu membuat perusahaan bangkrut.

Dalam berbisnis, saya dituntut proaktif dan kreatif, agar apa yang saya lakukan bisa memberikan keuntungan di masa depan. Ketika kerjaan saya tidak beres, saya akan mendapat komplain langsung dari customer, dan ini akan mempengaruhi keuntungan yang saya peroleh. Jadi, kalau saya tidak berkomitmen membuat usaha saya berhasil maka bisnis saya akan berakhir.


Lalu, saya juga belajar bagaimana menjual Produk.

Banyak orang, ketika saya tawari untuk bergabung dengan MLM, mengatakan bahwa dia tidak bisa menjual.

Saya juga tidak punya latar belakang sebagai sales, tetapi saya sadar, dalam bisnis apa pun, komponen dasarnya adalah penjualan.Entah barang atau jasa. Sebagai karyawan pun, sebenarnya orang itu menjual jasa
dan waktunya untuk perusahaan. Nah, masalahnya, bagaimana membuat penjualan yang efektif.


Berkat MLM, saya jadi banyak membaca buku-buku tentang sales & marketing. Terlebih, karena MLM yang saya ikuti bisa dijalankan secara online, saya juga punya banyak kumpulan artikel tentang internet marketing. Apalagi kelompok MLM kami sering mengadakan workshop tentang internet marketing, yang biayanya murah.

Sebenarnya kalau dipikir, apa sih yang paling menghalangi seseorang untuk jadi pebisnis yang sukses ? Kalau menurut saya, mentalnya.

Tidak mudah menjadi seseorang yang bermental ulet dan tidak gampang menyerah.Padahal kita tahu, yang namanya bisnis itu pasti ada jatuh bangunnya, tidak selamanya berjalan mulus.

Nah, ketika menjalankan bisnis sendiri, tidak semua orang bisa membangun mental yang tahan banting. Dengan bergaul sesama pebisnis MLM, saya jadi punya teman untuk sharing dan bertanya bagaimana cara menghadapi masalah. Dan tentu saja, MLM punya banyak acara untuk meningkatkan motivasi dan memberi kita inspirasi.
[sumber;budisantoso.ucoz.com]
◄ Newer Post Older Post ►