kronologis kejadian Tragedi Berdarah Kerusuhan Banjarmasin Mei 1997 yang memakan korban Kerusuhan terbesar sepanjang sejarah Orde Baru.
15 tahun sudah berlalu tragedi yang menghilangkan ratusan nyawa manusia di Banjarmasin, mungkin masih lekat di ingatan orang-orang banjarmasin saat itu bagaimana ganasnya kerusuhan dan kebrutalan massa yang entah datangnya darimana sampai menimbulkan ratusan korban jiwa.
Kerusuhan Banjarmasin Mei 1997 terjadi pada 23 Mei 1997 hari terakhir kampanye Pemilu untuk anggota legislatif tahun 1997. Di kota yang sangat islami, Banjarmasin, pendukung PPP merasa ditindas oleh partai penguasa Golkar. Setelah sholat Jumat, ribuan orang menyerang pendukung Golkar yang akan berkampanye.
Kekerasan berdarah ini membunuh beberapa pendukung kampanye Golkar, serta menyerang berbagai kepentingan usaha di Banjarmasin termasuk Kristen dan Tionghoa.
Sebuah gereja HKBP yang terbuat dari kayu dibakar massa, yang letaknya sekitar 300 m dari masjid Noor, mengakibatkan sejumlah rumah pribumi di belakang gereja HKBP ikut terbakar, bangunan lainnya dirusak seperti gereja Katedral dan dua gereja Katolik, beberapa sekolah Katolik dan sebuah rumah panti jompo. Delapan pusat belanja, cabang Bank Lippo, toko-toko milik tionghoa, serta tujuh gereja lainnya, sebuah vihara Budha, dua hotel, 21 mobil, 130 rumah, dan 4 gedung milik pemerintah hancur atau dibakar.
Setidaknya 137 orang terbunuh, terbanyak di lantai dua pusat belanja Mitra Plaza yang sebelumnya dipenuhi para penjarah yang tidak mau menyerah pada polisi.
Siapa Yang Tewas di Banjarmasin, Benarkah Semua Perusuh?
Kampanye di Banjarmasin Kalimantan Selatan rusuh. Berita resmi menyebutkan 137 orang tewas terbakar, semuanya pelaku tindak kriminal. Disinyalir ada pula yang tertembak. Bagaimana sebenarnya kejadian tersebut?
Inilah kronologis kejadiannya:
Pemilu tampaknya sudah terlanjur berdarah. Setelah mencatat 127 korban, kini Pemilu 1997 kembali mencatat angka korban yang terbesar sepanjang sejarah Orde Baru: 137 orang tergeletak terbakar menjadi arang di pertokoan Mitra Plaza, Banjarmasin.
Mitra Plaza Kini (kiri) | Mitra Plaza 1997 (kanan) |
Mengapa peristiwa tragis itu terjadi? Menurut sumber dari Tim Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) cabang Banjarmasin yang melakukan investigasi ke lapangan, kejadian itu bermula dari keinginan massa Golkar untuk melewati Jalan P. Samudera. Padahal pada saat yang bersamaan, jamaah di Masjid Noor yang terletak di jalan P. Samudera tersebut, belum selesai shalat Jumat. Ketika massa yang akan berkampanye itu melintas, jamaah shalat Jum'at yang luber sampai ke jalan itu masih sedang berdoa. Sebenarnya Polantas sudah berusaha menghadang massa Beringin. Namun Satgas Golkar bersikeras untuk melewati jalan itu. Alasan mereka, shalat Jumatnya tinggal membaca doa.
Usai shalat Jumat, terjadilah kerusuhan di depan kantor DPD Golkar Kalsel. Kabar itu segera tersiar dan massa berdatangan tanpa bisa dibendung. Mereka akhirnya bentrok dengan Satgas Golkar, yang rata-rata berasal dari organisasi Pemuda Pancasila dan FKPPI. Karena massa terlalu banyak, Satgas Golkar terpaksa mencari jalan selamat. Tapi akibatnya, ada enam mobil peserta kampanye Golkar yang dibakar.
Massa terus bertambah dan berjumlah besar. Sekitar pukul 14.00 Wita, massa bergerak menuju ke arah Gereja Katedral. Mereka mengeluarkan semua isi gereja, merusak, dan membakar kursi dan meja di tengah jalan. Menurut informasi, massa datang ke sana karena ada suara yang mengajak mereka. Tidak diketahui siapa yang memberi komando untuk itu.
Saat itu pemadam kebakaran datang dan berjaga-jaga. Tetapi tidak menyemprot kursi-kursi yang terbakar, karena ancaman massa. Orang banyak itu, dengan sejumlah senjata tajam seperti mandau atau pedang, clurit, besi, pentungan kayu, mendekati petugas pemadam kebakaran. Mereka mengalungkan clurit dan minta untuk tidak memadamkan api. Petugas kebakaran tidak bisa berbuat apa-apa, dan terpaksa mundur. Petugas keamanan pun tidak dapat berbuat banyak.
Pukul 14.45 Wita massa berputar-putar di perempatan Jalan Lambung Mangkurat, bergerak kembali menuju Kantor DPD I Golkar. Praktis gerakan itu membuat Satgas Golkar lari tunggang langgang. Kemudian, massa pelan-pelan menghampiri Gedung Junjung Buih Plawa yang berlantai delapan. Di gedung itu terdapat pusat pembelanjaan, Hotel Kalimantan, dan kantor-kantor perbankan (Lippo Bank). Massa bergerak ke dalam gedung. Beberapa karyawan Bank Lippo yang sedang berusaha menyelamatkan uang nasabah dikalungi clurit. Uang yang sedang diselamatkan itu terpaksa diberikan kepada massa.
Entah darimana datangnya, kerumunan kian membesar. Mereka datang dengan senjata tajam. Semua orang yang sudah terlanjur menggunakan atribut Golkar berlarian menyelamatkan diri. Ada pula diantaranya yang lari ke rumah penduduk dan meminjam pakaian apa saja atau atribut PPP. Dan banyak pula yang gagal memperoleh atribut tersebut, sehingga terpaksa membuang kaos yang dipakainya itu ke tepi jalan. Tak terkecuali wanitanya. Tak heran kalau ada sejumlah wanita berlarian hanya dengan mengenakan BH.
Semua atribut Golkar dibakar. Bahkan warung-warung kecil, yang menjual atribut OPP sesuai dengan partai yang berkampanye pada hari itu, turut dirampas dan "diarangkan".
Pukul 15.30 Wita massa kembali bergerak mendatangi gereja HKBP (Huria Kristen Batak Protestan). Kebetulan gereja itu bersebelahan dengan kantor koran Banjarmasin Post. Gereja dirusak dan kemudian dibakar. Turut dibakar juga rumah-rumah di belakang gereja yang tembus ke Barito Place, yang merupakan pemukiman padat penduduk. Tapi kantor Banjarmasin Post selamat dari api. Semua toko WNI keturunan Cina dihancurkan. Namun toko-toko milik orang Banjar asli selamat. Saat itu semua jalan penuh dengan pawai massa dengan atribut PPP.
Sementara di tempat lain yakni di Jalan Veteran dan Jalan Lambung Mangkurat, pada waktu yang sama, sebanyak enam gereja dan satu tempat ibadat Konghucu (Klenteng) ikut dihancurkan. Rumah-rumah WNI keturunan Cina juga ikut dilempari batu. Bahkan ada keluarga yang akan menyelamatkan diri, setelah mobil penjemput datang, mobil tersebut dihancurkan kacanya. Terpaksa pemiliknya lari menjauh dari situ.
Juga ikut "digasak" massa adalah rumah bos klub sepakbola Barito Putra yang juga calon legislatif dari Golkar. Rumah itu disatroni massa dan dirusak. Kompleks Pamen ABRI pun ikut rusak -- barangkali karena penghuninya banyak yang menjadi calon legislatif Golkar.
Pukul 16.00 Wita, massa bergerak ke Plaza Arjuna. Perusakan kembali terjadi disitu. Di kawasan ini toko-toko milik keturunan Cina dirusak semua. Mobil kijang dibakar. Setelah itu, massa bergerak ke arah pasar swalayan Lima Cahaya. Juga ada yang bergerak ke arah Banjarmasin Teater, dan beberapa pusat pertokoan swalayan Sari Kaya, Bank Ekonomi, dan Rental Video. Di Lima Cahaya dan Sari Kaya, massa menggasak semua isi pasar swalayan itu. Selama lebih kurang 45 menit, anak-anak dan pemuda berlarian untuk menyembunyikan hasil jarahan, yang rata-rata berupa pakaian dan alat elektronik. Setelah isinya habis, gedung tersebut dibakar. Petugas pemadam kebakaran, yang menggunakan atribut PPP, yang mendekat untuk memadamkan api, dihalangi oleh massa.
Praktis, dua pasar swalayan yakni Lima Cahaya dan Sari Kaya serta Banjarmasin Teater habis terbakar. Turut juga terbakar sebuah truk. Kemudian massa yang sangat besar itu kembali bergerak ke gereja HKBP, sehingga pemadam kebakaran pun sulit untuk mendekat. Tapi akhirnya, pemadam kebakaran berhasil juga memadamkan api sekitar pukul 20.00. Setelah api dipadamkan di gereja HKBP, petugas pemadam kembali ke Lima Cahaya, karena saat itu api di sana berkobar lagi.
Sekitar pukul 17.00 Wita, massa bergerak kembali ke arah DPD I Golkar. Tapi tidak langsung ke sana. Mereka mampir kembali di Jujung Buih Plaza. Genset Jujung Buih Plaza dibakar dan gedung 8 lantai tersebut akhirnya terbakar. Di sebuah hotel di gedung itu, Hotel Kalimantan, banyak artis yang mengikuti kampanye menginap, termasuk jurkamnya. Di hotel tersebut juga menginap Ketua Umum MUI Pusat KH Hasan Basri yang ikut rombongan kampanye. Disitu juga ada Gubernur Kalimantan Selatan dan Muspida. Tapi akhirnya mereka dapat diselamatkan. Namun tidak diketahui apakah di sana juga jatuh korban. Yang jelas, saat dilakukan penyelamatan banyak yang jatuh pingsan. Gubernur Kalsel Gusti Hasan Aman sendiri merasa sangat kaget dan seolah tidak percaya melihat ulah massa yang begitu brutal.
Karena massa terus mengamuk, pemadaman pun tidak berlanjut. Yang menyiram air kemudian lari dari kepungan massa. Banyak tabung gas meledak. Setelah disiram air, kemudian ditinggal lari menghindari amukan massa. Sejumlah sepeda motor tidak dapat diselamatkan dan ikut dilalap si jago merah.
Kemudian, pukul 18.00 Wita, massa kembali bergerak ke arah kantor DPD I Golkar Kalsel. Di sana, mobil yang dibakar sebelumnya masih memperlihatkan api. Kemudian giliran gedung partai berlambang beringin itu yang dibakar. Juga turut terbakar sejumlah sepeda motor, serta juga sepeda gunung yang akan digunakan sebagai hadiah undian putaran kampanye Golkar.
Saat itu, orang-orang dari berbagai kampungpun mulai gelisah dan mulai melakukan pengamanan masing-masing. Mereka semua keluar rumah, menjaga setiap gang dan jalan-jalan masuk. Lengkap dengan senjata tajam, berupa mandau, samurai, dan clurit. Penjagaan dilakukan semalam suntuk, karena mereka mendengar isyu yang mengatakan bahwa Golkar akan mengadakan serangan balasan.
Pukul 20.30 Wita, massa beramai-ramai ke arah Supermarket Mitra, yang merupakan pusat pertokoan terbesar di Banjarmasin. Letaknya di Jalan Sumatra. Di gedung berlantai empat ini banyak terdapat toko-toko elektronik, komputer, diskotik, ruang pertemuan, show-room mobil mewah, toko buku Gramedia, KFC, Bioskop 21, dan sarana hiburan anak-anak. Massa berhasil masuk dengan menorobos blokade keamanan. Isi gedung dijarah dan dibawa lari. Gedung itu sendiri telah terbakar sekitar pukul 20.00 Wita, dan api menyala sampai pukul 09.00 keesokan harinya.
Massa terus mengamuk dan mengobrak-abrik isi gedung. Pada saat itu tersiar khabar bahwa pasukan keamanan diperbolehkan untuk menangkap dan menembak di tempat. Tapi pasukan keamanan tidak melakukan apa-apa. Akhirnya, massa yang lengkap dengan berbagai senjata tajam itu terus mengamuk.
Pukul 22.00 Wita, 1000 orang pasukan bantuan datang dengan tiga pesawat hercules. Menurut laporan LBHN Banjarmasin itu, tidak diketahui dari mana mereka didatangkan. Pasukan kemudian bergerak mendekati Gedung Mitra Plaza. Mereka menghalau massa yang masih ada di gedung itu. Senjata menyalak. Namun pihak LBHN Banjarmasin tidak memperoleh informasi berapa korban yang jatuh disana.
Kemudian, sekitar pukul 23.00 Wita, massa menuju ke arah luar kota. Sasarannya adalah rumah-rumah calon legislatif Golkar. Karena terbetik khabar massa membawa formulir berisi Daftar Calon Tetap (DCT) Golkar. Ada empat rumah yang dibakar walau belum jelas apakah itu rumah caleg Golkar atau bukan. Juga menjadi sasaran adalah toko-toko Cina sepanjangan jalan, ikut dihancurkan dengan lemparan batu. Hampir semua toko di sepanjang Jalan A. Yani rusak berat dan api membumbung tinggi. Saat itu pasukan pun tidak lagi diam. Mereka mulai mengejar-ngejar massa.
Yang sangat tragis, sekitar pukul 24.00 Wita, seorang warga yang keluar rumah untuk melihat keadaan kelihatan tergeletak tertembak peluru. Meski begitu, masih menurut laporan Tim LBHN Banjarmasin, suasana di jalan-jalan masih ramai. Banyak orang yang sudah terlanjur keluar sulit pulang lagi ke rumahnya masing-masing. Karena jalan-jalan sudah diblokir oleh orang-orang kampung. Yang bukan warganya tidak diperbolehkan masuk dan melewati jalan tersebut.
Namun sekitar pukul 01.00 Wita dini hari (Sabtu, 24 Mei), massa bergerak ke luar kota. Karena semua jalan sudah diblokir oleh pihak keamanan. Suasana semakin tegang. Khususnya di pusat kota, semua listrik padam dan baru menyala pukul 09.30 pagi.
Kemudian pasukan keamanan, sekitar pukul 03.00 Wita, mengobrak-abrik Kampung Kelayan. Kampung ini merupakan kampung terpadat dan dikenal banyak preman. Ada 195 orang yang diamankan di kantor Polresta. Kondisi mereka babak belur dan hampir semua menjadi sulit untuk dikenali wajahnya. Sekitar pukul 04.00 Wita, masyarakat perumahan Beruntung Jaya yang semalam suntuk berjaga terus karena ada isyu akan diserang, bertahan masuk ke rumah, saat ada suara pasukan datang. Tak jelas berapa orang ditahan dari sana. Pukul 06.00 Wita, aparat keamanan, lebih kurang 5 truk, datang kampung Teluk Kiram. Di kampung itu, mereka memburu massa yang diperkirakan ada di kampung tersebut. Mereka dengan senjata lengkap di tangan berjaga-jaga terus di jalan-jalan utama. Setiap orang lewat yang kelihatan mencurigakan digeledah. Bahkan, yang terlihat menggunakan pakaian agak kumuh langsung dihentikan. Gedung Barito Place, salah satu gedung besar yang selamat dari amukan massa turut dijaga ketat.
Berita dari koran lokal
Menurut koran lokal "Dinamika Berita" edisi Senin (26 Mei), korban yang ditemukan hingga Minggu malam sebanyak 142 orang. Dan 132 orang diantaranya terbakar di Mitra Plaza, dua terbakar di Lima Cahaya, dan dua lainnya meninggal karena luka bacokan.
Gambar yang dimuat koran lokal |
Sumber lain menyebutkan, korban yang 142 orang itu masing-masing 136 mayat ditemukan di Mitra Plaza, 2 mayat ditemukan di Lima Cahaya, dan dua lainnya di Sari Kaya. Masih kata sumber tersebut, itu belum termasuk dengan korban yang terdapat di Kalimantan Hotel dan Pusat perdagangan Junjung Buih Plaza. Sementara, masih menurut laporan Tim LBHN Banjarmasin, harian Banjarmasin Post memberitakan 164 orang dinyatakan hilang.
Sementara korban yang terdapat di rumah sakit, terdiri dari 69 orang di RSU ULIN, 14 orang di RS Suaka Insan, 21 orang di RS Islam, dan beberapa orang di RS Dr Soeharsono dan RS Ratu Julaiha.
Disinyalir juga mereka yang hilang itu ada yang tertembak. Menurut catatan LBHN Banjarmasin yang dilaporkan ke Komnas HAM itu, pada pagi hari Sabtu di Jalan Sutoyo terlihat sekitar tujuh korban tewas akibat tembakan. Tapi masyarakat tidak berani mendekati korban. LBHN Banjarmasin sendiri belum memperoleh informasi yang tertembak itu sebagai korban apa dan dan siapa yang melakukan penembakan itu.
Tapi, Kapolda Kalimantan Selatan Kolonel (Pol) Drs Sanimbar membantah adanya korban yang tertembak. "Tidak ada korban kena tembak petugas keamanan sebagaimana diisukan orang. Ndak ada itu, cuma isu. Korban yang tewas benar-benar terbakar, terkurung api," katanya seperti dikutip Kompas (Rabu, 28/5).
Menurutnya, sesuai laporan untuk Mabes Polri, tercatat 123 orang tewas, 121 diantaranya tewas di Mitra Plaza lantai dua. Dan dua lainnya tewas di Toserba Sari Kaya. Dikatakan Kapolda, 123 orang yang tewas itu sebagian besar dari kelompok perusuh. Mereka masuk dengan maksud menjarah barang-barang yang ada di pertokoan itu.
Kemudian jumlah yang ditahan dan dinyatakan sebagai kelompok perusuh, lanjut Kapolda, sebanyak 106 orang. Beberapa diantaranya sudah dipulangkan. Status mereka, menurut Kapolda, "Masih sebatas diminta keterangan dan belum berstatus tersangka."
Artikel kali ini hanya sekedar untuk mengenang kembali kejadian yang memilukan di kota banjarmasin, mohon maaf apabila dalam penulisan saya terjadi kesalahan. Saya mendoakan semoga para korban dan keluarga di beri kesabaran dan dimuliakan di sisi Tuhan YME. AMIN.
Semoga Menghibur dan Bermanfaat,
Di Poskan Oleh : www.armhando.com .
Berita Aneh,Unik,Lucu,Hot Terbaik dan Terbaru.
[sumber;wrong-dimension.blogspot.com]