Rabu, 06 Maret 2013

Muslim Besar Penentang Mahatma Gandhi

Abul A’la Al-Maududi, Muslim Besar Yang Menentang Mahatma Gandhi

Al-Maududi lahir tahun 1903 di kota Aurangabad, Kesultanan Hyderabad (Deccan) India bagian selatan. Keluarganya dikenal sebagai ahli ilmu, dan di keluarga itulah ia belajar bahasa Arab, ilmu Quran, dan hadits. Kariernya di bidang jurnalistik dimulai sejak berumur 17 tahun, dari surat kabar Al-Madinah hingga jadi pemimpin redaksi harian Al-Jam’iyah di New Delhi.

Makalahnya yang berjudul Al-Jihad fil Islam ditulisnya di tahun 1926. Kumpulan makalah yang akhirnya jadi buku itu merupakan bantahan terhadap pemimpin besar nasional India, Mahatma Gandhi. Makalah-makalah selanjutnya membuat namanya tersohor hingga ke Mesir bahkan makalahnya itu direkomendasikan jadi bacaan wajib anggota Ikhwanul Muslimin.

Perjalanan dakwahnya

Tahun 1932, Al-Maududi menerbitikan majalah bulanan Turjumanul Quran untuk melawan pemikiran-pemikiran impor yang sekuler.

Tahun 1938, Al-Maududi pindah ke Lahore, Punjab. Di sana ketemu Muhammad Iqbal, salah seorang penyair Islam.

Tahun 1947, India terbagi jadi dua bagian, India dan Pakistan. Al-Maududi pindah ke Pakistan. Di sana, ia memperjuangkan syariat Islam di setiap institusi negara. Pemerintah Pakistan malah merasa terpojok yang berakibat dijebloskannya Maududi ke penjara. Juni 1950, ia dibebaskan setelah dua puluh bulan mendekam di penjara.

Tahun 1953, Al-Maududi dijatuhi hukuman mati karena bersikeras menentang paham Qadiyaniyah, bahkan mengeluarkan fatwa “kafir” buat paham ini. Masih dilindungi Allah, pemerintahan militer Pakistan akhirnya terpaksa mencabut vonis itu karena kuatnya argumen Al-Maududi en tuntutan kaum muslimin di seluruh dunia.

Karya-karya Abul A’la Al-Maududi

Di antara karya beliau adalah Manhajut Taghyir Al-Islami, Al-Harakatul Haddamah, Al-Jihadu fi Sabilillah, Tadzkiratu Du’atil Islam, en many more. Buku-bukunya disebarkan dan diterjemahkan ke banyak negara, seperti negara-negara Arab, negara-negara Islam, Eropa, Amrik, Asia Tenggara, dan Afrika.

Hubungan Abul A’la Al-Maududi degan Asy-Syahid Sayyid Quthb begitu dekat. Asy-Syahid Sayyid Quthb menyebut Al-Maududi dengan nama Al-Muslim Al-‘Azhim (muslim besar). Al-Maududi memuji buku Ma’alim fith Thariq yang ditulis Sayyid Quthb, “Apa yang tertulis di buku Ma’alim fith Thariq persis seperti pendapatku, bahkan seolah-olah akulah yang menulis buku itu. Sungguh, Sayyid Quthb mengutarakan pemikiranku dengan cermat.”

Pulang ke Rahmatullah

20 September 1979 menjadi hari terakhir Al-Maududi hidup di dunia. Ia menghembuskan nafas terakhir di sebuah rumah sakit di New York. Banyak tokoh Islam kontemporer yang hadir dalam pemakamannya selain ribuan muslim. Di antaranya ada Dr. Yusuf Qardhawi, Ustadz Saiful Islam Hasan Al-Banna, Abdul Aziz ali Al-Muthawwi’, en Said Hawwa.

Al-Maududi mendapat penghargaan atas jasa-jasanya di medan dakwah, pemikiran, dan pengabdian terhadap Islam. Penghargaan internasional itu dikasih oleh Raja Faisal di resepsi yang diselenggarakan Raja Khalid bin Abdul Aziz. Resepsi itu sendiri digelar di kota Riyadh, bulan Rabiul Awal tahun 1399 H. Putra Al-Maududi, Faruq, menerima penghargaan itu
[sumber;islampos.com]
◄ Newer Post Older Post ►