Masjid yang terletak di Desa Cikakak, Kecamatan Wangon Banyumas, Banyumas, Jawa Tengah ini, dibangun jauh sebelum era Wali Sembilan (Wali Songo) yang hidup sekitar 15-16 M. Menurut prasasti yang terpahat di saka masjid, masjid ini dibangun pada 1288 Masehi.
Sejarah Masjid Saka tunggal senantiasa terkait dengan Tokoh penyebar Islam di Cikakak, bernama Mbah Mustolih yang hidup dalam Kesultanan Mataram Kuno. Itu sebabnya, tidak heran bila unsur Kejawen masih cukup melekat. Dalam syiar Islam yang dilakukan. Mbah Mustolih memang menjadikan Cikakak sebagai “markas” dengan ditandai pembangunan masjid dengan tiang tunggal tersebut. Beliau dimakamkan tak jauh dari masjid Saka Tunggal.
Keunikan pelaksanaan ibadah yang dilaksanakan di Masjid ini sampai saat ini masih sangat terasa saat pelaksanaan ibadah sholat Jumat. Selama menunggu waktu sholat jum’at dan setelah sholat jum’at, Jamaah masjid Saka Tunggal berzikir dan bershalawat dengan nada seperti melantunkan kidung jawa. Dengan bahasa campuran Arab dan Jawa, tradisi ini disebut tradisi ura ura.
Selain itu, semua ibadah, termasuk sholat sunnah, dilakukan secara berjamaah. Tradisi lainnya adalah, masjid ini tidak tetap mempertahankan tidak menggunakan pengeras suara.
Selain keunikan yang masih terjaga, arsitektur Masjid Saka Tunggal juga masih terjaga saat ini. Keaslian yang masih terpelihara adalah ornamen di ruang utama, khususnya di mimbar khotbah dan imaman. Ada dua ukiran di kayu yang bergambar nyala sinar matahari yang mirip lempeng mandala. Gambar seperti ini banyak ditemukan pada bangunan-bangunan kuno era Singasari dan Majapahit.
[sumber;beta.muslimlife.com]